"Berdoa itu otaknya ibadah", begitu sabda Nabi Muhammad saw. Mengapa demikian? Mari kita renungkan...ibadah sholat yang menjadi tiang agama Islam penuh dengan doa. Mulai takbiratul ikrom sampai sujud isinya adalah pujian dan doa kepada Alloh Robbul Alamin. Ada ungkapan, "Doa yang paling ikhlas adalah Alhamdulillah". Artinya pujian itulah doa yang ikhlas. Tetapi lantas bukan berarti doa-doa yang lain itu tidak boleh. Meski itu menunjukkan keikhlasan seorang hamba kepada tuannya, tetapi Alloh pun memerintahkan kita untuk berdoa. Ud'uni astajib lakum, mintalah kepada-Ku (Alloh) maka akan Aku beri (kabulkan). Ternyata Alloh senang apabila seorang hamba meminta kepada-Nya.
Dengan berdoa, seorang hamba benar-benar menyerah kepada Alloh. Karena setiap ketidakberdayaan yang dialami, Allohlah yang menjadi titik akhir permohonan. Maka doa bisa mengakrabkan kita dengan Alloh. Bila setiap kebutuhan kita sampaikan kepada Alloh, kita akan benar-benar tergantung kepada Alloh atas segala kebutuhan kita. Bukankah Alloh lebih mengetahui kebutuhan kita daripada diri kita sendiri. Tidakkah kita manusia ini terlahir papa tiada daya. Lalu Alloh memberi kita fasilitas hidup pada badan kita dan lingkungan kita. Padahal kita sebelumnya tidak tahu dan tidak mengerti kebutuhan hidup kita sendiri.
Nah, Alloh memerintahkan kita berdoa sebagai wujud kecintaan-Nya kepada hamba-Nya. Berdoalah, mengeluhlah kepada Alloh, memintalah kepada-Nya yang tidak membutuhkan apa-apa dari hamba-Nya. Sadarilah bahwa kita ini benar-benar tidak berdaya. Kita sering lupa bahwa daya dan upaya kita sebenarnya datang dari Alloh karena kemurahan Alloh. Kita diberinya hidup dan daya untuk mempertahankan hidup. Bahkan kita diberi rezki yang bermacam-macam. Tetapi kita sering lupa. Apabila sukses, tidak merasa itu pemberian Alloh. Bila sengsara, rugi sedikit saja, sudah menganggap Alloh tidak perhatian. "Wasta'inu bisobri washsholah" mintalah pertolongan (Alloh) dengan sabar dan sholat.
Dalam sebuah hadis disebutkan, Alloh itu mengabulkan doa, tetapi Dia senang dan bangga bila seorang hamba merengek kepada-Nya. Kadang-kadang Dia menahan pengabulan doa hambanya karena senang dan memamerkan kepada malaikat, bahwa hambanya itu meminta dengan pasarah. Maka, salah satu adab berdoa adalah, harap-harap cemas antara dikabulkan dan ditolah, agar kita tetap sadar bahwa yang berkuasa mengabulkan doa hanyalah Alloh Ta'ala..Nah mari kita membiasakan diri berdoa hingga kita merasa benar-benar tak berdaya dan hanya Alloh sajalah yang berkuasa atas segala sesuatu. Dengan doa, kita mendekatkan diri kepada Alloh.
Kamis, 26 Juni 2008
Selasa, 10 Juni 2008
Bagai Air Yang Mendidih
Coba kita renungkan. Apakah hati kita itu tetap dalam keadaan tertentu? Apakah hati kita selalu dalam keadaan tenang? Apakah sebaliknya, selalu dalam keadaan gelisah?Tentunya kita akan mendapati hal itu berubah dan berganti. Seperti bergantinya siang dan malam. Panas dan dingin. Sebagaimana sabda Rosulalloh s.a.w, Hati itu keadaannya berbolak-balik. Bolak baliknya hati itu seperti sebuah bulu yang diterbangkan angin di sahara dari sisi ke sisi. (Sebagai catatan: tolonglah dicek kembali masalah hadits-hadits yang digunakan penulis, bila meragukan. Penulis memang tidak hafal redaksionalnya dalam bahasa Arab. Penulis hanya membahasakan dengan bahasa Indonesia)
Bila kita sudah meneliti benar-benar tentunya akan didapati hal itu. Lalu kita pun paham, bahwa hati kita selalu berbolak-balik. Kadang berbolak-baliknya hati itu sedemikian cepatnya. Seperti air mendidih yang sangat. Lihatlah keadaannya, seperti itulah keadaan hati kita. Lalu bagaimanakah bila kita punya iman di dalam hati? Bagaimana pula keadaannya, bila iman itu bersarang di dalam hati yang berbolak-balik demikian itu?
Sebagaimana halnya, berbolak-baliknya hati. Iman pun mempunyai keadaan yang berubah-ubah. "Al imanu yazidu wa yankus", iman itu kadarnya naik turun. Dalam Qur'an disebutkan bahwa kita itu selalu berpindah dari kafir ke iman ke kafir ke iman dan seterusnya (suma amanu suma kafaru suma amanu suma kafaru). Bila diumpamakan perang, kita itu selalu dalam keadaan menang. kalah, menang, kalah begitu seterusnya sampai akhir.
Ternyata, hati dan hal di dalam hati itu selalu berubah. Tidak langgeng keadaannya. Selalu dalam keadaan tarik menarik dari sisi ke sisi. Selalu dalam keadaan perang menang kalah. Baik dan buruk. Naik turun. Lalu bagaimana supaya bisa tenang.
Untuk menenangkan hati, seringlah kita berdo'a, Yaa muqolibal qulub tsabit qolbi ala dinika..wahai dzat yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah aku pada agamamu..Sesuai hadits Nabi S.a.w, hati itu seakan dalam jepitan jari tuhan, yang dengan kehendak-Nya dibolak-balikkan. Alloh sendiri Maha Berkehendak, bila menyesatkan tidak akan ada yang mampu menghalangi, bila memberai petunjuk tidak akan ada yang mampu membelokkan.
Berdoa dan berdzikir merupakan salah satu cara untuk menenangkan hati, syukur-syukur Alloh memberikan kelanggengan (ketetapan pada dzikir). Ala bidzikrillah tat'ma'inul qulub (berdzikir itu membuat hati jadi tenang). Yaa muqolibal qulub tsabit qolbi ala dinika
Bila kita sudah meneliti benar-benar tentunya akan didapati hal itu. Lalu kita pun paham, bahwa hati kita selalu berbolak-balik. Kadang berbolak-baliknya hati itu sedemikian cepatnya. Seperti air mendidih yang sangat. Lihatlah keadaannya, seperti itulah keadaan hati kita. Lalu bagaimanakah bila kita punya iman di dalam hati? Bagaimana pula keadaannya, bila iman itu bersarang di dalam hati yang berbolak-balik demikian itu?
Sebagaimana halnya, berbolak-baliknya hati. Iman pun mempunyai keadaan yang berubah-ubah. "Al imanu yazidu wa yankus", iman itu kadarnya naik turun. Dalam Qur'an disebutkan bahwa kita itu selalu berpindah dari kafir ke iman ke kafir ke iman dan seterusnya (suma amanu suma kafaru suma amanu suma kafaru). Bila diumpamakan perang, kita itu selalu dalam keadaan menang. kalah, menang, kalah begitu seterusnya sampai akhir.
Ternyata, hati dan hal di dalam hati itu selalu berubah. Tidak langgeng keadaannya. Selalu dalam keadaan tarik menarik dari sisi ke sisi. Selalu dalam keadaan perang menang kalah. Baik dan buruk. Naik turun. Lalu bagaimana supaya bisa tenang.
Untuk menenangkan hati, seringlah kita berdo'a, Yaa muqolibal qulub tsabit qolbi ala dinika..wahai dzat yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah aku pada agamamu..Sesuai hadits Nabi S.a.w, hati itu seakan dalam jepitan jari tuhan, yang dengan kehendak-Nya dibolak-balikkan. Alloh sendiri Maha Berkehendak, bila menyesatkan tidak akan ada yang mampu menghalangi, bila memberai petunjuk tidak akan ada yang mampu membelokkan.
Berdoa dan berdzikir merupakan salah satu cara untuk menenangkan hati, syukur-syukur Alloh memberikan kelanggengan (ketetapan pada dzikir). Ala bidzikrillah tat'ma'inul qulub (berdzikir itu membuat hati jadi tenang). Yaa muqolibal qulub tsabit qolbi ala dinika
Rabu, 04 Juni 2008
Derajat Pengetahuan
Percayakah anda kalau saya katakan, Jakarta itu berada di ujung barat, pinggir utara pulau jawa? Anda belum pernah mengenal saya. Anda tidak pernah bersua dengan saya. Kalau anda percaya begitu saja, itu disebut Taklid. Tapi, Buta. Mempercayai informasi tersebut sebagai sebuah kebenaran dan anda tidak kenal siapa yang mengatakan itu. Apakah saya bisa dipercaya? Apakah saya tidak berbohong? Taklid buta itu dekat sekali dengan kebodohan. Hal itulah yang membuat orang terjerumus dalam lembah kejahilan. Jauh dari ilmu pengetahuan yang sebenarnya. Kemudian menjadi pemujaan berlebihan kepada seseorang yang dianggap lebih tahu dan unggul.
Meskipun anda tahu bahwa Jakarta itu memang di sana. Dan anda yakin bahwa Jakarta itu memang di sana. Tetapi anda masih tidak mengenal saya. Anda tidak pernah menyelidiki siapa saya. Kalau anda mempercayai saya karena anda tahu kata-kata saya benar. Itu namanya masih taklid kalau anda tidak pernah mendatangi sendiri sebuah tempat yang bernama Jakarta. Meskipun sudah mendekati derajat Yakin. Jika anda pernah datang sendiri ke Jakarta, meskipun hanya di stasiun Manggarai (umpamanya) kemudian pulang. Anda sudah dapat dikatakan sebagai orang yang tahu dengan mata kepala sendiri. Anda menjadi orang yang mempunyai pengetahuan Ainul Yaqin. Jika anda sudah pernah menyusuri seluk beluk Jakarta, sehingga anda memiliki pengetahuan yang lebih tinggi lagi dari sekedar stasiun Manggarai. Anda sudah mencapai Haqqul Yakin. Begitulah.
Pengetahuan Ibadah
Orang yang berjalan mencari kebenaran, akan melalui stasiun-stasiun pengetahuan sebelum sampai kepada pengetahuan yang Haq, yang tidak diragukan kebenarannya. itulah derajat tertinggi dari ilmu pengetahuan. Dan ilmu yang paling mulia adalah ilmu Ma'rifat (ilmu mengenal Tuhan). Dengan mengenal Tuhan, manusia akan menyadari benar dirinya, fungsi dirinya pada alam semesta ini. Pandangannya meluas ke arah alam semesta dan menghormat. Dengan begitu terwujudlah yang dikatakan Rahmatan lil alamin (rahmad bagi seluruh alam). Meninggalkan keakuan yang egois. Meninggalkan pandangan picik. Jadilah dia seorang yang luas pandangan dan batinnya.
Tapi semua itu bisa dicapai dengan perjuangan. "Tiada kuciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepadaku" begitu firman Alloh. Lalu mengapa manusia di tempatkan di dunia ini? Kalau untuk beribadah mengapa manusia kesulitan dalam hidup di dunia? Dunia ini adalah lapangan perjuangan. Dengan hiasan dan hiburan bermacam-macam sebagai ujian. Dengan kesulitan, sakit, kemiskinan dan susah payah sebagai cobaan. Dengan kelengkapan seperti itu, pantaslah kalau disebut dunia itu ladang akhirat. Lapangan perjuangan, menanam kebaikan dan pulang ke negeri asal dengan bekal amal dan aman. Dan beribadah itu bukanlah ritual semata, tetapi sosial juga. "Setelah selesai engkau sholat (berdzikir) bertebaranlah engkau untuk mencari rejeki Alloh" (kalau tidak salah dalam Surat Qur'an Al Jumu'ah). Nah, sholat itu ibadah ritual yang diperintahkan, dan mencari rejeki itu juga ibadah sosial yang diperintahkan. Kemudian betapa banyak ayat-ayat Qur'an yang menyebutkan perintah untuk Sholat, berdzikir, mencari rejeki, membagi rejeki, menyedekahkan harta, memuliakan fakir miskin dan anak yatim. Itu semua gambaran dan penjelasan dari "Wa maa kholaqtul jinna wal innsaa ilaa liya'budun" (dan tiada Ku-ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepadaku). Semua adalah ibadah. hidup kita ini adalah ibadah, baik ritual dan sosial.
Meskipun anda tahu bahwa Jakarta itu memang di sana. Dan anda yakin bahwa Jakarta itu memang di sana. Tetapi anda masih tidak mengenal saya. Anda tidak pernah menyelidiki siapa saya. Kalau anda mempercayai saya karena anda tahu kata-kata saya benar. Itu namanya masih taklid kalau anda tidak pernah mendatangi sendiri sebuah tempat yang bernama Jakarta. Meskipun sudah mendekati derajat Yakin. Jika anda pernah datang sendiri ke Jakarta, meskipun hanya di stasiun Manggarai (umpamanya) kemudian pulang. Anda sudah dapat dikatakan sebagai orang yang tahu dengan mata kepala sendiri. Anda menjadi orang yang mempunyai pengetahuan Ainul Yaqin. Jika anda sudah pernah menyusuri seluk beluk Jakarta, sehingga anda memiliki pengetahuan yang lebih tinggi lagi dari sekedar stasiun Manggarai. Anda sudah mencapai Haqqul Yakin. Begitulah.
Pengetahuan Ibadah
Orang yang berjalan mencari kebenaran, akan melalui stasiun-stasiun pengetahuan sebelum sampai kepada pengetahuan yang Haq, yang tidak diragukan kebenarannya. itulah derajat tertinggi dari ilmu pengetahuan. Dan ilmu yang paling mulia adalah ilmu Ma'rifat (ilmu mengenal Tuhan). Dengan mengenal Tuhan, manusia akan menyadari benar dirinya, fungsi dirinya pada alam semesta ini. Pandangannya meluas ke arah alam semesta dan menghormat. Dengan begitu terwujudlah yang dikatakan Rahmatan lil alamin (rahmad bagi seluruh alam). Meninggalkan keakuan yang egois. Meninggalkan pandangan picik. Jadilah dia seorang yang luas pandangan dan batinnya.
Tapi semua itu bisa dicapai dengan perjuangan. "Tiada kuciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepadaku" begitu firman Alloh. Lalu mengapa manusia di tempatkan di dunia ini? Kalau untuk beribadah mengapa manusia kesulitan dalam hidup di dunia? Dunia ini adalah lapangan perjuangan. Dengan hiasan dan hiburan bermacam-macam sebagai ujian. Dengan kesulitan, sakit, kemiskinan dan susah payah sebagai cobaan. Dengan kelengkapan seperti itu, pantaslah kalau disebut dunia itu ladang akhirat. Lapangan perjuangan, menanam kebaikan dan pulang ke negeri asal dengan bekal amal dan aman. Dan beribadah itu bukanlah ritual semata, tetapi sosial juga. "Setelah selesai engkau sholat (berdzikir) bertebaranlah engkau untuk mencari rejeki Alloh" (kalau tidak salah dalam Surat Qur'an Al Jumu'ah). Nah, sholat itu ibadah ritual yang diperintahkan, dan mencari rejeki itu juga ibadah sosial yang diperintahkan. Kemudian betapa banyak ayat-ayat Qur'an yang menyebutkan perintah untuk Sholat, berdzikir, mencari rejeki, membagi rejeki, menyedekahkan harta, memuliakan fakir miskin dan anak yatim. Itu semua gambaran dan penjelasan dari "Wa maa kholaqtul jinna wal innsaa ilaa liya'budun" (dan tiada Ku-ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepadaku). Semua adalah ibadah. hidup kita ini adalah ibadah, baik ritual dan sosial.
Minggu, 01 Juni 2008
Qolbul Muslim Baitulloh
Qolbul Muslim Baitulloh
Ada hadits Nabi Muhammad s.a.w, kurang lebih bunyinya (maaf redaksionalnya saya tidak hafal), "Ada segumpal darah dalam tubuh manusia, bila baik maka baiklah seluruhnya, bila rusak maka rusaklah seluruhnya. Dialah hati (qolbu)." Dalam kitab Ihya Ulumuddin-nya Al Ghozali, Qolbu itu adalah segumpal darah yang terletak di dalam dada sebelah kiri. Dalam ilmu kedokteran disebut jantung. Masih menurut ilmu kedokteran, jantung itulah pusat kehidupan. Dia bertugas memompa darah sebagai bahan hidup ke seluruh tubuh. Dalam bilik jantung itulah ada segumpal darah hitam yang setiap saat karena berputar dan panas menimbulkan uap yang memberi daya hidup pada badan. Uap itulah yang disebut nyawa yang beredar ke seluruh tubuh. Bila jantung berhenti, nyawa pun berhenti. Jasad pun disebut mati atau tidak ada nyawanya. Itu makna menurut ilmu kedokteran.
Menurut ilmu agama, manusia terdiri dari jasmani dan rohani. Jasmani itu badan wadag. Dan rohani adalah badan halus yang tidak kasad mata.
Kalau kita renungkan, mungkin saja segumpal darah itulah yang dinamakan qolbu (jantung) secara jasmani. Sedangkan secara rohani, Qolbu (hati) yang dimaksud adalah suatu dzat (entitas tersembunyi) yang mempengaruhi amal dan perbuatan manusia, baik lahir maupun batin. "Jika qolbu itu baik maka baiklah seluruh amalannya sedangkan bila qolbu itu rusak maka rusaklah amal seluruhnya," begitulah maksud hadis Nabi S.a.w tersebut.
Sebagaimana jantung sebagai pusat hidupnya badan, dan bersemayamnya nyawa. Maka qolbu menjadi tempat bersemayamnya dzat hidup manusia yang tersembunyi yang disebut Rohani. Qolbu inilah yang sebenarnya yang mempunyai kehidupan seluruh badan. Dialah pusat pengatur semua amal lahir maupun batin. Dialah dzat halus yang merajai badan wadag (lahir) dan sebagai badan halus (rohani). Mengenai bagaimana dzatnya, itu termasuk rahasia Alloh. "Katakanlah (Muhammad) bahwa roh itu urusan Tuhanku dan manusia itu diciptakan dengan ilmu yang sedikit," begitu bunyi salah satu ayat Al Qur'an yang menerangkan tentang Roh.
Baiklah, ringkasnya, Qolbu itu tempat dzat halus/rahasia yang memberi daya kehidupan manusia. Qolbu itu menjadi tempat yang penting karena di sana menjadi tempat turunya informasi/ilham. Dalam Ihya Ulumuddin, ada hadits, "Kalau saja hati manusia itu bersih dari syaiton, niscaya ia akan melihat rahasia langit." Dari hadits itu nyatalah bahwa hati itu tempat yang penting, yang mampu menerima informasi/ilham. Baik informasi dari malaikat maupun dari syaiton.
Nah, kita sekarang menyadari bahwa hati itulah tempat yang sangat penting. Bahkan ada hadits yang menyebutkan, "Qolbul muslim baitulloh" (Hati orang muslim itu baitulloh), "Hati yang bersih dan lembut itu kesukaan Alloh". Hati itu menjadi tempat bertempurnya kebaikan dan keburukan, tempat berperangnya kehendak baik dan kehendak jahat. Itulah yang dimaksud "Jihadul akbar" (perang besar). Perang yang selalu terjadi sampai salah satunya menang dan tetap. Baik atau buruk! Selamat atau celaka! Surga atau neraka! Semua itu berpokok pada hati.
Menyitir lagunya AA Gym.."Jagalah hati jangan kau kotori, jagalah hati cahaya ilahi.." Perjuangan yang besar adalah menjaga hati agar selalu dalam keadaan memenangkan kebaikan. Menjaga kesadaran ilahiah (ketuhanan). Jangan sampai menjadi hati yang terbalik dan jauh dari kebenaran (itu hati orang kafir). Menjaga kebersihan hati agar mampu menerima Nur dari Alloh. Jauh dari kegelapan..Agar mencapai pencerahan dan memberi pencerahan! Subhanalloh, Alhamdulilah.....laa ilaha ilaa anta, subhanaka ini kuntuminadhdholimin
Ada hadits Nabi Muhammad s.a.w, kurang lebih bunyinya (maaf redaksionalnya saya tidak hafal), "Ada segumpal darah dalam tubuh manusia, bila baik maka baiklah seluruhnya, bila rusak maka rusaklah seluruhnya. Dialah hati (qolbu)." Dalam kitab Ihya Ulumuddin-nya Al Ghozali, Qolbu itu adalah segumpal darah yang terletak di dalam dada sebelah kiri. Dalam ilmu kedokteran disebut jantung. Masih menurut ilmu kedokteran, jantung itulah pusat kehidupan. Dia bertugas memompa darah sebagai bahan hidup ke seluruh tubuh. Dalam bilik jantung itulah ada segumpal darah hitam yang setiap saat karena berputar dan panas menimbulkan uap yang memberi daya hidup pada badan. Uap itulah yang disebut nyawa yang beredar ke seluruh tubuh. Bila jantung berhenti, nyawa pun berhenti. Jasad pun disebut mati atau tidak ada nyawanya. Itu makna menurut ilmu kedokteran.
Menurut ilmu agama, manusia terdiri dari jasmani dan rohani. Jasmani itu badan wadag. Dan rohani adalah badan halus yang tidak kasad mata.
Kalau kita renungkan, mungkin saja segumpal darah itulah yang dinamakan qolbu (jantung) secara jasmani. Sedangkan secara rohani, Qolbu (hati) yang dimaksud adalah suatu dzat (entitas tersembunyi) yang mempengaruhi amal dan perbuatan manusia, baik lahir maupun batin. "Jika qolbu itu baik maka baiklah seluruh amalannya sedangkan bila qolbu itu rusak maka rusaklah amal seluruhnya," begitulah maksud hadis Nabi S.a.w tersebut.
Sebagaimana jantung sebagai pusat hidupnya badan, dan bersemayamnya nyawa. Maka qolbu menjadi tempat bersemayamnya dzat hidup manusia yang tersembunyi yang disebut Rohani. Qolbu inilah yang sebenarnya yang mempunyai kehidupan seluruh badan. Dialah pusat pengatur semua amal lahir maupun batin. Dialah dzat halus yang merajai badan wadag (lahir) dan sebagai badan halus (rohani). Mengenai bagaimana dzatnya, itu termasuk rahasia Alloh. "Katakanlah (Muhammad) bahwa roh itu urusan Tuhanku dan manusia itu diciptakan dengan ilmu yang sedikit," begitu bunyi salah satu ayat Al Qur'an yang menerangkan tentang Roh.
Baiklah, ringkasnya, Qolbu itu tempat dzat halus/rahasia yang memberi daya kehidupan manusia. Qolbu itu menjadi tempat yang penting karena di sana menjadi tempat turunya informasi/ilham. Dalam Ihya Ulumuddin, ada hadits, "Kalau saja hati manusia itu bersih dari syaiton, niscaya ia akan melihat rahasia langit." Dari hadits itu nyatalah bahwa hati itu tempat yang penting, yang mampu menerima informasi/ilham. Baik informasi dari malaikat maupun dari syaiton.
Nah, kita sekarang menyadari bahwa hati itulah tempat yang sangat penting. Bahkan ada hadits yang menyebutkan, "Qolbul muslim baitulloh" (Hati orang muslim itu baitulloh), "Hati yang bersih dan lembut itu kesukaan Alloh". Hati itu menjadi tempat bertempurnya kebaikan dan keburukan, tempat berperangnya kehendak baik dan kehendak jahat. Itulah yang dimaksud "Jihadul akbar" (perang besar). Perang yang selalu terjadi sampai salah satunya menang dan tetap. Baik atau buruk! Selamat atau celaka! Surga atau neraka! Semua itu berpokok pada hati.
Menyitir lagunya AA Gym.."Jagalah hati jangan kau kotori, jagalah hati cahaya ilahi.." Perjuangan yang besar adalah menjaga hati agar selalu dalam keadaan memenangkan kebaikan. Menjaga kesadaran ilahiah (ketuhanan). Jangan sampai menjadi hati yang terbalik dan jauh dari kebenaran (itu hati orang kafir). Menjaga kebersihan hati agar mampu menerima Nur dari Alloh. Jauh dari kegelapan..Agar mencapai pencerahan dan memberi pencerahan! Subhanalloh, Alhamdulilah.....laa ilaha ilaa anta, subhanaka ini kuntuminadhdholimin
Langganan:
Postingan (Atom)