Rabu, 28 November 2007

Ziarah Ke Tanah Haram

Berziarah, adalah pekerjaan mengunjungi suatu tempat yang menjadi kenangan. Dengan tujuan mengingat-ingat kembali peristiwa yang menyusun sejarah kita saat ini. Ketika kita berziarah ke makam leluhur, berarti kita seakan membuka album kenangan. Merangkai peristiwa apa saja yang pernah kita lalui bersama leluhur kita itu. Atau paling tidak merangkai informasi-informasi yang menjadi bentuk kehidupan kita saat ini.
Bulan ini, setiap muslim yang mampu (secara finansial dan fisiknya) tengah berziarah ke tanah suci Mekkah. Suatu tempat yang menjadi titik penting dalam sejarah kehidupan manusia dan agama Islam. Melalui serangkain ritual, mereka mencoba menyusun kembali, informasi-informasi penting yang telah dilalui oleh nenek moyang manusia.
Haji, itulah julukan bagi mereka yang berziarah ke Tanah Haram Makkah Al Mukkaromah. Setiap tahunnya lebih dari 5 juta orang dari seluruh penjuru dunia berkumpul di sana. Melakukan ritual atau ibadah lahir dan batin. Semua berpakain sama putih-putih, lambang dari kesederhanaan dan lambang dari kesucian. Dan lambang dari awal dan akhir hidup manusia. PUTIH. (Setiap kelahiran adalah suci dan kematian yang baik adalah kembali kepada kesucian).
Merunut cerita, Nabi Adam turun ke bumi ini di Pakistan atau India (beberapa kitab menyebutkan begitu) dan Istrinya di Mekah (Bakka). Mereka bersatu di Mekah tepatnya di Jabal Rahmah.
Pada periode berikutnya. Nabi Ibrahim mengungsikan istri dan anaknya ke lembah itu. Kemudian muncullah sumber Zam-zam untuk minum Ismail (anak Ibrahim). Kemudian beberapa peristiwa seperti Korban (memotong hewan ternak) melempar Jumroh (melempar kerikil/batu untuk mengusir setan)..semua itu dilakukan oleh Nabi Ibrahim. Dan sebaian besar ritual itu sekarang masih diikuti oleh umat Islam. Bahkan menjadi salah satu ibadah yang utama, meski bukan keharusan.
Nah...ritual-ritual tersebut...adalah ritual merangkai kembali sejarah kemanusiaan dan ketuhanan. Mengenang kembali bagaimana Tuhan menciptakan manusia dan bagaimana manusia menjalankan kehidupannya. Harapannya..kesadaran sejati sebagai manusia yang berketuhanan. Bukan hanya sekedar julukan Haji atau berganti pakaian dan peci putih. Semoga menjadi haji mabrur.

Minggu, 18 November 2007

Pahlawan

Mari kita merenung...sekarang ini kita tidak perlu mengangkat senjata untuk membela kedaulatan negeri kita Indonesia. Penjajahan bersenjata sudah tidak lazim. Kerena orang sudah ngeri melihat tubuh tercabik tergeletak. Semua orang akan bergidik menyaksikan bagaimana tubuh ditembus peluru, dikoyak mortir.
Pada pertempuran seperti itu, contohnya pertempuran heroik di 10 Nopember 1945 di Surabaya. Ribuan peluru yang dimuntahkan senapan NICA (Inggris, salah satu sekutu Amerika) dan Belanda dihadang pemuda-pemuda pejuang dengan dada tengadah "Merdeka atau Mati".
Kemerdekaanlah yang mendorong mereka berani menghadang peluru dan menyongsong mortir. Karena kemerdekaan itulah inti kebahagiaan bagi hiudp berbangsa dan bernegara. Korban yang tercabik sudah biasa dan tidak menyurutkan langkah perjuangan bersenjata untuk mempertahankan kemerdekaannya. Mereka yang gugur dianugerahi gelar pahlawan (Pahala dan Wan (orang)) (orang yang mendapatkan pahala) mereka yang masih hidup tetap menjadi pejuang (Mujahid). Mereka yang hidup maupun yang mati dalam perjuangan mendapat gelar penghormatan yang tinggi.
Sekarang perang bersenjata sudah tidak lazim. Tetapi penjajahan terus berlangsung. Korban tetap berjatuhan, meski tidak terkoyak senjata. Nah, kita tidak akan pernah berhenti menjadi Mujahid, karena sebenarnya kita tetap dalam medan perang yang tidak usai-usai dan besar. Seperti sabda Nabi Muhammad saw. "Perang terbesar adalah melawan hawa nafsu". Mari kita waspada terhadap penjajah yang ada dalam diri kita.

Rabu, 14 November 2007

Bersahaja

Tersebutlah seorang penganut tasawuf bernama Nidzam al-Mahmudi. Ia tinggal di sebuah kampung terpencil, dalam sebuah gubuk kecil. Istri dan anak-anaknya hidup dengan amat sederhana. Akan tetapi, semua anaknya berpikiran cerdas dan berpendidikan. Selain penduduk kampung itu, tidak ada yang tahu bahwa ia mempunyai kebun subur berhektar-hektar dan perniagaan yang kian berkembang di beberapa kota besar. Dengan kekayaan yang diputar secara mahir itu ia dapat menghidupi ratusan keluarga yg bergantung padanya. Tingkat kemakmuran para kuli dan pegawainya bahkan jauh lebih tinggi ketimbang sang majikan. Namun, Nidzam al-Mahmudi merasa amat bahagia dan damai menikmati perjalanan usianya.

Salah seorang anaknya pernah bertanya, `Mengapa Ayah tidak membangun rumah yang besar dan indah? Bukankah Ayah mampu?""Ada beberapa sebab mengapa Ayah lebih suka menempati sebuah gubuk kecil," jawab sang sufi yang tidak terkenal itu. "Pertama, karena betapa pun besarnya rumah kita, yang kita butuhkan ternyata hanya tempat untuk duduk dan berbaring. Rumah besar sering menjadi penjara bagi penghuninya. Sehari-harian ia Cuma mengurung diri sambil menikmati keindahan istananya. Ia terlepas dari masyarakatnya. Dan ia terlepas dari alam bebas yang indah ini. Akibatnya ia akan kurang bersyukur kepada Allah."

Anaknya yang sudah cukup dewasa itu membenarkan ucapan ayahnya dalam hati. Apalagi ketika sang Ayah melanjutkan argumentasinya, "Kedua, dengan menempati sebuah gubuk kecil, kalian akan menjadi cepat dewasa. Kalian ingin segera memisahkan diri dari orang tua supaya dapat menghuni rumah yang lebih selesa. Ketiga, kami dulu cuma berdua, Ayah dan Ibu. Kelak akan menjadi berdua lagi setelah anak-anak semuanya berumah tangga. Apalagi Ayah dan Ibu menempati rumah yang besar, bukankah kelengangan suasana akan lebih terasa dan menyiksa?"

Si anak tercenung. Alangkah bijaknya sikap sang ayah yang tampak lugu dan polos itu. Ia seorang hartawan yang kekayaannya melimpah. Akan tetapi, keringatnya setiap hari selalu bercucuran. Ia ikut mencangkul dan menuai hasil tanaman. Ia betul-betul menikmati kekayaannya dengan cara yang paling mendasar. Ia tidak melayang-layang dalam buaian harta benda sehingga sebenarnya bukan merasakan kekayaan, melainkan kepayahan semata-mata. Sebab banyak hartawan lain yang hanya bisa menghitung-hitung kekayaannya dalam bentuk angka-angka. Mereka hanya menikmati lembaran-lembaran kertas yang disangkanya kekayaan yang tiada tara. Padahal hakikatnya ia tidak menikmati apa-apa kecuali angan-angan kosongnya sendiri.

Kemudia anak itu lebih terkesima tatkala ayahnya meneruskan, "Anakku, jika aku membangun sebuah istana anggun, biayanya terlalu besar. Dan biaya sebesar itu kalau kubangunkan gubuk-gubuk kecil yang memadai untuk tempat tinggal, berapa banyak tunawisma/gelandangan bisa terangkat martabatnya menjadi warga terhormat? Ingatlah anakku, dunia ini disediakan Tuhan untuk segenap mahkluknya. Dan dunia ini cukup untuk memenuhi kebutuhan semua penghuninya. Akan tetapi, dunia ini akan menjadi sempit dan terlalu sedikit, bahkan tidak cukup, untuk memuaskan hanya keserakahan seorang manusia saja."

Selasa, 06 November 2007

Manfaat Dzikir

Diriwayatkan oleh Abu Hurairah r.a.. Ia berkata bahwa Rasulullah saw. Bersabda, "Sesungguhnya Allah SWT memiliki malaikat-malaikat yang berkeliling di jalan-jalan guna mencari hamba ahli berzikir. Jika mereka mendapati kaum yang selalu berzikir kepada Allah SWT, mereka menyerunya, `Serukanlah kebutuhan kalian.' Kemudian mereka membawanya dengan sayap-sayapnya ke atas langit bumi. Lalu mereka ditanya oleh Rabb-nya (Dia Maha Mengetahui), `Apa yang dikatakan oleh hamba-hamba-Ku?' Para malaikat menjawab, `Mereka menyucikan dan mengagungkan Engkau, memuji dan memuliakan Engkau.' Allah berfirman, `Apakah mereka melihat-Ku?' Para malaikat menjawab, `Tidak, demi Allah, mereka tidak melihat-Mu.' Allah berfirman, `Bagaimana kalau mereka melihat Aku?' Para malaikat berkata, `Kalau mereka melihat-Mu, tentunya ibadah mereka akan bertambah, tambah menyucikan dan memuliakan Engkau.' Allah SWT berfirman, `Apa yang mereka minta?' Para malaikat berkata, `Mereka memohon surga kepada-Mu.' Allah berfirman, `Apakah mereka pernah melihatnya?' Para malaikat berkata, `Tidak, demi Allah, mereka tidak pernah melihatnya.' Allah SWT berfirman, `Bagaimana kalau mereka melihatnya?' Para malaikat berkata, `Kalau mereka melihatnya, niscaya mereka akan semakin berhasrat serta tamak dalam memohon dan memintanya.' Allah SWT berfirman, `Pada apa mereka memohon perlindungan?' Para malaikat berkata, `Mereka memohon perlindungan dari neraka-Mu.' Allah SWT berfirman, `Apakah mereka pernah melihatnya?' Para malaikat berkata, `Kalau mereka melihatnya, niscaya mereka akan semakin berlari menjauhinya dan semakin takut.' Allah SWT berfirman, `Kalian Aku jadikan saksi bahwa Aku telah mengampuni mereka.'
Salah seorang dari malaikat itu berkata, `Di dalam kelompok mereka terdapat si Fulan yang bukan bagian dari mereka. Ia datang ke sana hanya untuk suatu keperluan.' Allah SWT berfirman, `Anggota majelis itu tidak menyengsarakan orang yang duduk bergabung dalam majelis mereka.'"

Senin, 05 November 2007

Ingin Haji Mabrur? Berbuat Baiklah Kepada Tetangga

Pada suatu masa ketika Abdullah bin Mubarak berhaji, tertidur di Masjidil Haram. Dia telah bermimpi melihat dua malaikat turun dari langit lalu yang satu berkata kepada yang lain, "Berapa banyak orang-orang yang berhaji pada tahun ini?" Jawab yang lain, "Enam ratus ribu." Lalu ia bertanya lagi, "Berapa banyak yang diterima ?" Jawabnya, "Tidak seorang pun yang diterima, hanya ada seorang tukang sepatu dari Damsyik bernama Muwaffaq, dia tidak dapat berhaji, tetapi diterima hajinya sehingga semua yang haji pada tahun itu diterima dengan berkat hajinya Muwaffaq."
Ketika Abdullah bin Mubarak mendengar percakapannya itu, maka terbangunlah ia dari tidurnya, dan langsung berangkat ke Damsyik mencari orang yang bernama Muwaffaq itu sehingga ia sampailah ke rumahnya. Dan ketika diketuknya pintunya, keluarlah seorang lelaki dan segera ia bertanya namanya. Jawab orang itu, "Muwaffaq." Lalu abdullah bin Mubarak bertanya padanya, "Kebaikan apakah yang telah engkau lakukan sehingga mencapai darjat yang sedemikian itu?" Jawab Muwaffaq, "Tadinya aku ingin berhaji tetapi tidak dapat kerana keadaanku, tetapi mendadak aku mendapat wang tiga ratus diirham dari pekerjaanku membuat dan menampal sepatu, lalau aku berniat haji pada tahun ini sedang isteriku pula hamil, maka suatu hari dia tercium bau makanan dari rumah jiranku dan ingin makanan itu, maka aku pergi ke rumah tetanggaku dan menyampaikan tujuan sebenarku kepada wanita jiranku itu.
Jawab tetanggaku, "Aku terpaksa membuka rahasiaku, sebenarnya anak-anak yatimku sudah tiga hari tanpa makanan, kerana itu aku keluar mencari makanan untuk mereka. Tiba-tiba bertemulah aku dengan bangkai himar di suatu tempat, lalu aku potong sebahagiannya dan bawa pulang untuk masak, maka makanan ini halal bagi kami dan haram untuk makanan kamu." Ketika aku mendegar jawapan itu, aku segera kembali ke rumah dan mengambil wang tiga ratus dirham dan keserahkan kepada tetanggaku tadi seraya menyuruhnya membelanjakan wang itu untuk keperluan anak-anak yatim yang ada dalam jagaannya itu.
"Sebenarnya hajiku adalah di depan pintu rumahku." Kata Muwaffaq lagi. Demikianlah cerita yang sangat berkesan bahwa membantu tetangga yang dalam kelaparan amat besar pahalanya apalagi di dalamnya terdapat anak-anak yatim. Rasulullah ada ditanya, "Ya Rasullah tunjukkan padaku amal perbuatan yang bila kuamalkan akan masuk syurga." Jawab Rasulullah, "Jadilah kamu orang yang baik." Orang itu bertanya lagi, "Ya Rasulullah, bagaimanakah akan aku ketahui bahwa aku telah berbuat baik?"
Jawab Rasulullah, "Tanyakan pada tetanggamu, maka bila mereka berkata engkau baik maka engkau benar-benar baik dan bila mereka berkata engkau jahat, maka engkau sebenarnya jahat."