Ketika Adam as. diciptakan, di kalangan makhluk lain, telah menimbulkan kontroversi. Iblis langsung menyatakan tidak sepakat ketika diperintah untuk bersujud kepada Adam as. Logika Iblis, Adam adalah makhluk baru yang diciptakan dari tanah. Sedangkan dia Ijajil diciptakan lebih dahulu dan dari api. Tentulah lebih mulia dia dari pada Adam as.
Logika itu ternyata telah menutup kesadaran terhadap siapa yang telah menciptakan mereka. Logika itu telah membuat Iblis membangkang terhadap perintah Alloh Tuhan semesta alam. Parahnya, logika itu tidak mau runtuh meskipun dibuatkan perumpamaan-perumpamaan oleh Alloh. Sehingga Iblis terusir dari surga dan terlaknat selama-lamanya. Protesnya Iblis itu dilambari dengan amarah dan kesombongan atas logika bahwa dia adalah lebih mulia daripada Adam as.
Malaikatpun protes, tetapi protes malaikat atas dasar kekuatiran rusaknya alam semesta. Dan bertanya, apakah tidak cukup malaikat saja yang menyembah Alloh? Tetapi malaikat adalah makhluk yang taat. Ketika dijawab oleh Alloh, “Aku lebih tahu daripada kalian.” Mereka pun tunduk dan bersujud.
Untuk membuktikan bahwa Alloh lebih tahu (padahal Alloh itu Maha Tahu, tetapi makhluknyalah yang tidak mengerti) maka Alloh membuat semacam perlombaan. Malaikat diperintahkan menyebut nama benda-benda yang ada di muka bumi. Malaikat menjawab, dia tidak mengetahui apa-apa kecuali yang telah disebutkan oleh Alloh. Dan Adam, ketika diperintah menyebutkan nama benda-benda di bumi, dia menjawab dengan lancar. Karena Alloh telah meletakkan akal tempat ilmu pada manusia.
Karena akal itulah, manusia bisa mengerti dan menampung ilmu yang diberikan oleh Alloh. Itu yang membuatnya lebih unggul daripada lain-lainnya. Dengan ilmu dan akal yang sempurna itu, manusia bisa menembus alam kesadaran bahwa dia adalah manusia yang telah disempurnakan dan dibekali dengan pengenalan terhadap Alloh Sang Pencipta. Dengan begitu manusia memperoleh kesempatan disebut sebagai insal kamil (manusia dengan kesadaran sempurna terhadap kemanuisaannya, dan kesadaran sebagai makhluk Alloh) yang pastinya tidak akan membuat kerusakan dimuka bumi seperti yang diuatirkan malaikat. Juga tidak akan membuat pemberontakan terhadap Tuhannya sehingga menjerumuskan manusia ke dalam golongan Iblis yang terlaknat.
Minggu, 23 Desember 2007
Selasa, 18 Desember 2007
Qurban Bukan Untuk Alloh
Setiap tahun kita melaksanakan ibadah ritual yang bernama Qurban (Kurban). Ibadah ini mewajibkan bagi yang mampu utuk berkorban. (dalil di Al Qur'an.."...dirikanlah sholat dan berqurbanlah"). Maka ada yang mampu mengorbankan seekor sapi (kalau di Arab, mereka merasa lebih afdol jika menyembelih unta). Ada yang menyembelih kambing.
Setiap umat sebenarnya telah diperintah untuk melaksanakan ritual pengorbanan (Qurban). Ingat kejadian dengan anak Adam, Habil dan Qobil? Mereka telah diperintahkan untuk mengorbankan hasil ladanganya berupa gandum dan buah-buahan, juga hewan-hewan ternak dan diletakkan di atas bukit. Mereka berlomba, persembahan siapakah yang akan diterima. Ternyata yang diterima adalah persembahan yang baik dan tidak ditambahi dengan niat selain untuk melaksanakan perintah Alloh.
Kemudian yang menjadi contoh bagi umat islam adalah kejadian Ibrahim dan Ismail. Cerita ini sudahlah masyur. Banyak yang tahu cerita ketika Ibrahim mendapatkan perintah menyembelih putranya, Ismail.
Ibrahim Kholilulloh as. itu sudah lama tidak mempunyai putra. Lalu lahirlah bayi, yang diberinya nama Ismail dari istrinya Hajar. Setiap hari ditimang-timangnya si mungil. Banyak waktu tercurah untuk anak terkasih. Sampailah datang perintah untuk menyembelih putranya.
Betapa bingungnya Ibrahim menanggapi perintah itu. Dia yang selama ini mengabdi kepada Alloh, mendapat perintah yang membuat hatinya bimbang. Ibrahim diperintah untuk menyembelih Ismail. Tiga hari dia tidak melakukan perintah itu, dan selama itu pula perintah pengorbanan itu datang tiap malam dam mimpinya.
Akhirnya dengan memantapkan hati, Ibrahim as. mendatangi Ismail dan mengutarakan perintah Tuhannya. Allohu Akbar...Ismail tidak menolak perintah itu dan meyakinkan ayahnya untuk mengutamakan perintah Alloh.
Dalam perjalanan Ibrahim harus mengusir setan yang menghadang jalan dan membujuknya. Yang terkutuk itu mencegat Ibrahim sampai tiga kali. Setiap setan muncul di hadapannya, Ibrahim melemparinya dengan batu. Yang dalam ibadah haji..melempar jumroh itulah meniru tindakan Nabi Ibrahim mengusir setan yang membuat keraguan dan was-was.
Sampai saatnya ketika hati sudah bulat dan perintah Tuhan adalah utama. Ismail bersedia disembelih. Belum sampai pisau menyentuh leher. Bersamaan dengan kebulatan tekad bapak anak itu, Tuhan menggantikan qurban itu dengan seekor gibas yang besar.
Qurban Bukan Untuk Alloh
Ketahuilah…daging kurban itu tidak akan sampai kepada Alloh. Yang Maha Kaya tidak membutuhkan daging unta atau sapi atau kambing yang disembelih itu. Yang sampai kepada Alloh adalah niat dan ketulusan, mereka-mereka yang berkurban. Daging kurban tidak akan sampai kepada Tuhan. Tetapi ibadah Kurban menjadi jalan untuk Taqorub Ilalloh…mendekatkan diri kepada Alloh. Keridlo’an nafsi yang berkurban akan mendatangkan ridlo Alloh.
Kurban bermakna kalahnya cinta dunia (cinta selain Alloh) oleh Cinta Kepada Alloh. Lihat saja…Alloh menguji kecintaan Ibrahim kepada Alloh. Sehingga Alloh memerintahkan Ibrahim untuk mengorbankan Ismail. Ternyata Ibrahim dan Ismail lebih memilih Alloh daripada kecintaan mereka bapak dan anak. Alloh Maha Mencintai. Cinta Alloh murni. Sungguh tidak mungkin bercampur dengan cinta-cinta selainnya.
Inti ibadah kurban adalah…mengalahkan cinta dunia. Jika engkau mencintai hartamu, sedekahkanlah sampai datangnya kerelaan. Jika engkau mencintai keluargamu, didik dan selamatkanlah dari api neraka. Berkurbanlah dan bersihkan hatimu dari cinta-cinta dunia.
Nah…ternyata berkurban itu untuk kebaikan diri sendiri. Mendidik diri untuk tidak mencintai dunia. Berkurban sebanyak kemampuannya di bidang apa saja untuk mendekatkan diri kepada Alloh. Itu hakekat ibadah kurban yang dilaksanakan setahun sekali. Ibadah ini ibarat sebuah terminal atau cek poin..sudahkah hari-hari kita dilaksanakan kurban?
Dan yang penting selain ibadah ritual, Ibadah Kurban juga mengandung ibadah sosial. Dengan Qurban semua lapisan masyarakat bisa menyatu dan bersukacita bersama. Pada hari itu semua orang bisa menikmati daging yang mungkin bagi sebagian yang lain merupakan makanan mewah. Dengan daging kurban kita bisa menjalin silaturomi antara yang kaya dan yang miskin. Kita bisa membagi cinta kepada mereka yang setahun lalu tidak terperhatikan. Qurban itu ibadah dua dimensi, Transendental dan Sosial. Inilah wujud Hablum minalloh dan hablum minannas …menjalin hubungan dengan Alloh dan menjalin hubungan dengan sesame manusia.
Setiap umat sebenarnya telah diperintah untuk melaksanakan ritual pengorbanan (Qurban). Ingat kejadian dengan anak Adam, Habil dan Qobil? Mereka telah diperintahkan untuk mengorbankan hasil ladanganya berupa gandum dan buah-buahan, juga hewan-hewan ternak dan diletakkan di atas bukit. Mereka berlomba, persembahan siapakah yang akan diterima. Ternyata yang diterima adalah persembahan yang baik dan tidak ditambahi dengan niat selain untuk melaksanakan perintah Alloh.
Kemudian yang menjadi contoh bagi umat islam adalah kejadian Ibrahim dan Ismail. Cerita ini sudahlah masyur. Banyak yang tahu cerita ketika Ibrahim mendapatkan perintah menyembelih putranya, Ismail.
Ibrahim Kholilulloh as. itu sudah lama tidak mempunyai putra. Lalu lahirlah bayi, yang diberinya nama Ismail dari istrinya Hajar. Setiap hari ditimang-timangnya si mungil. Banyak waktu tercurah untuk anak terkasih. Sampailah datang perintah untuk menyembelih putranya.
Betapa bingungnya Ibrahim menanggapi perintah itu. Dia yang selama ini mengabdi kepada Alloh, mendapat perintah yang membuat hatinya bimbang. Ibrahim diperintah untuk menyembelih Ismail. Tiga hari dia tidak melakukan perintah itu, dan selama itu pula perintah pengorbanan itu datang tiap malam dam mimpinya.
Akhirnya dengan memantapkan hati, Ibrahim as. mendatangi Ismail dan mengutarakan perintah Tuhannya. Allohu Akbar...Ismail tidak menolak perintah itu dan meyakinkan ayahnya untuk mengutamakan perintah Alloh.
Dalam perjalanan Ibrahim harus mengusir setan yang menghadang jalan dan membujuknya. Yang terkutuk itu mencegat Ibrahim sampai tiga kali. Setiap setan muncul di hadapannya, Ibrahim melemparinya dengan batu. Yang dalam ibadah haji..melempar jumroh itulah meniru tindakan Nabi Ibrahim mengusir setan yang membuat keraguan dan was-was.
Sampai saatnya ketika hati sudah bulat dan perintah Tuhan adalah utama. Ismail bersedia disembelih. Belum sampai pisau menyentuh leher. Bersamaan dengan kebulatan tekad bapak anak itu, Tuhan menggantikan qurban itu dengan seekor gibas yang besar.
Qurban Bukan Untuk Alloh
Ketahuilah…daging kurban itu tidak akan sampai kepada Alloh. Yang Maha Kaya tidak membutuhkan daging unta atau sapi atau kambing yang disembelih itu. Yang sampai kepada Alloh adalah niat dan ketulusan, mereka-mereka yang berkurban. Daging kurban tidak akan sampai kepada Tuhan. Tetapi ibadah Kurban menjadi jalan untuk Taqorub Ilalloh…mendekatkan diri kepada Alloh. Keridlo’an nafsi yang berkurban akan mendatangkan ridlo Alloh.
Kurban bermakna kalahnya cinta dunia (cinta selain Alloh) oleh Cinta Kepada Alloh. Lihat saja…Alloh menguji kecintaan Ibrahim kepada Alloh. Sehingga Alloh memerintahkan Ibrahim untuk mengorbankan Ismail. Ternyata Ibrahim dan Ismail lebih memilih Alloh daripada kecintaan mereka bapak dan anak. Alloh Maha Mencintai. Cinta Alloh murni. Sungguh tidak mungkin bercampur dengan cinta-cinta selainnya.
Inti ibadah kurban adalah…mengalahkan cinta dunia. Jika engkau mencintai hartamu, sedekahkanlah sampai datangnya kerelaan. Jika engkau mencintai keluargamu, didik dan selamatkanlah dari api neraka. Berkurbanlah dan bersihkan hatimu dari cinta-cinta dunia.
Nah…ternyata berkurban itu untuk kebaikan diri sendiri. Mendidik diri untuk tidak mencintai dunia. Berkurban sebanyak kemampuannya di bidang apa saja untuk mendekatkan diri kepada Alloh. Itu hakekat ibadah kurban yang dilaksanakan setahun sekali. Ibadah ini ibarat sebuah terminal atau cek poin..sudahkah hari-hari kita dilaksanakan kurban?
Dan yang penting selain ibadah ritual, Ibadah Kurban juga mengandung ibadah sosial. Dengan Qurban semua lapisan masyarakat bisa menyatu dan bersukacita bersama. Pada hari itu semua orang bisa menikmati daging yang mungkin bagi sebagian yang lain merupakan makanan mewah. Dengan daging kurban kita bisa menjalin silaturomi antara yang kaya dan yang miskin. Kita bisa membagi cinta kepada mereka yang setahun lalu tidak terperhatikan. Qurban itu ibadah dua dimensi, Transendental dan Sosial. Inilah wujud Hablum minalloh dan hablum minannas …menjalin hubungan dengan Alloh dan menjalin hubungan dengan sesame manusia.
Kamis, 06 Desember 2007
Keinginan dan Kebahagiaan
Siapa tidak ingin bahagia? Siapa saja tentunya ingin hidup dalam kebahagiaan selama-lamanya. Bahkan banyak manusia yang ingin kebahagiaan itu kekal. Ada sering kita dengar pernyataan, "enaknya muda kaya raya, tua foya-foya, mati masuk surga." Pernyataan itu mungkin gambaran dari keinginan orang yang terlalu lama berada dalam penderitaan. Atau hanya angan-angan kosong dari pemimpi yang paling malas. Atau sebuah cita-cita dari orang yang akan menjalani hidupnya dengan penuh semangat.
Orang yang terlalu lama berada dalam kesulitan tentunya yang ada di benaknya adalah keinginan untuk mendapatkan kemudahan dan kenyamanan hidup. Mereka berada dalam kesulitan karena berusaha meraih kebahagian hidup yang dia inginkan. Seorang yang malas akan merasakan sakitnya ketika angan-angannya untuk hidup enak dan bahagia harus terbentur kenyataan bahwa dia harus bekerja keras untuk mewujudkan mimpinya itu. Dan mereka yang penuh semangat pastilah mempunyai kesadaran bahwa apa yang dia inginkan tidaklah lantas terwujud begitu saja ketika diinginkan. Semua itu harus diraih dengan bekerja dan tak jarang sebuah kebahagiaan haruslah diraih dengan penderitaan. Semakin besar keinginan untuk bahagia semakin besar pula resiko untuk menderita.
Lalu...apakah kita kita tidak boleh punya keinginan? Apakah kita tidak boleh bahagia? Apakah kita harus pesimis? Kalau kita tidak punya harapan tentunya kita akan semakin terpuruk.
Lalu...berharaplah kepada Alloh. Mintalah kepada Alloh.."Mintalah kepadaku maka akan aku beri..dan sesungguhnya sesudah kesempitan itu ada kemudahan," itu janji Alloh. Ridholah terhadap semua yang dikehendaki Alloh. Tentunya Alloh akan ridho kepada kita...dan kita tidak akan merasa menderita. Salamun qoulamirrobbirrohim, begitulah Alloh yang Maha Kasih
Orang yang terlalu lama berada dalam kesulitan tentunya yang ada di benaknya adalah keinginan untuk mendapatkan kemudahan dan kenyamanan hidup. Mereka berada dalam kesulitan karena berusaha meraih kebahagian hidup yang dia inginkan. Seorang yang malas akan merasakan sakitnya ketika angan-angannya untuk hidup enak dan bahagia harus terbentur kenyataan bahwa dia harus bekerja keras untuk mewujudkan mimpinya itu. Dan mereka yang penuh semangat pastilah mempunyai kesadaran bahwa apa yang dia inginkan tidaklah lantas terwujud begitu saja ketika diinginkan. Semua itu harus diraih dengan bekerja dan tak jarang sebuah kebahagiaan haruslah diraih dengan penderitaan. Semakin besar keinginan untuk bahagia semakin besar pula resiko untuk menderita.
Lalu...apakah kita kita tidak boleh punya keinginan? Apakah kita tidak boleh bahagia? Apakah kita harus pesimis? Kalau kita tidak punya harapan tentunya kita akan semakin terpuruk.
Lalu...berharaplah kepada Alloh. Mintalah kepada Alloh.."Mintalah kepadaku maka akan aku beri..dan sesungguhnya sesudah kesempitan itu ada kemudahan," itu janji Alloh. Ridholah terhadap semua yang dikehendaki Alloh. Tentunya Alloh akan ridho kepada kita...dan kita tidak akan merasa menderita. Salamun qoulamirrobbirrohim, begitulah Alloh yang Maha Kasih
Rabu, 05 Desember 2007
Riwayat Pembangunan Baitulloh Oleh Ibrahim dan Ismail
Firman Allah, "Dan ingatlah ketika Ibrahim dan Ismail meninggikan fondasi Baitullah, sedang dia berkata, `Ya Tuhan kami, terimalah amal kami. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.'" Dahulu, ketika keduanya meninggikan fondasi, keduanya berdoa kepada Allah agar kiranya Dia menerima amalnya, sedang hatinya bergetar karena khawatir tidak akan diterima, sebagaimana Allah menuturkan keadaan kaum mukmin yang ikhlas dalam firman-Nya, "Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati bergetar" karena khawatir amalnya tidak diterima.
Diriwayatkan dari al-Bukhari rahimanullah dalam kitab Shahih-nya, dari Ibnu Abbas r.a., dia berkata, "Wanita pertama yang membuat ikat pinggang ialah ibunya Ismail. Dia membuatnya untuk (mengikat pakaian agar terjuntai ke tanah) agar menutupi jejak kakinya sehingga tak diketahui oleh Sarah. Kemudian Ibrahim membawa istri dan anaknya Ismail yang masih disusuinya. Ibrahim menempatkan istrinya dekat Baitullah di sisi pohon Dauhah, pada bagian atas sumur Zamzam dan Masjidil Haram menurut perkiraan sekarang.
Pada saat itu di Mekkah belum ada segelintir manusia pun dan tiada air. Ibrahim menempatkan keduanya di sana berikut sebuah tempat makanan berisi kurma dan tempat yang berisi air. Kemudian Ibrahim pun berlalu. Maka ibu Ismail mengikutinya sambil berkata, `Hai Ibrahim, hendak kemana? Engkau meninggalkan kami di lembah yang tiada teman atau apa pun.' Ibu Ismail memberondongnya dengan pertanyaan itu beberapa kali. Namun, Ibrahim tidak meliriknya. Ibu Ismail bertanya, `Apakah Allah telah menyuruhmu berbuat demikian?' Ibrahim menjawab, `Benar.' Ibu Ismail berkata, `Jika demikian, maka Dia tidak akan menelantarkan kami.' Kemudian, Ibu Ismail pun kembali ke tempat semula. Ibrahim melanjutkan langkahnya hingga sampai di Tsaniah di tempat istri dan anaknya tidak lagi dapat melihatnya.
Dia menghadapkan wajahnya ke Baitullah seraya mengangkat kedua tangannya sambil berdoa demikian, `Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak memiliki pepohonan, yaitu di sisi Rumah-Mu yang suci….mudah-mudahan mereka berterima kasih.' Kemudian ibu Ismail menyusui anaknya dan dia minum dari tempat persediaan air. Setelah air itu tandas, maka dia kehausan, demikian pula anaknya. Dia memperhatikan anaknya yang berguling-guling kehausan. Dia melengos karena tidak tega melihat anknya demikian. Maka dilihatnya bukit Shafa sebagai tempat yang paling dekat darinya. Dia berdiri di puncaknya sambil megarahkan pandangannya ke lembah dengan harapan melihat seseorang. Namun, dia tidak melihat seorangpun. Kemudian, dia turun dari Shafa. Ketika dia tiba di lembah, dia menyingsingkan kainnya lalu berjalan seperti orang tergesa-gesa hingga melintasi lembah tersebut. Kemudian dia menuju Marwah, lalu berdiri dipuncaknya dengan harapan dapat melihat seseorang. Tetapi dia tidak melihat seorang pun. Dia melakukan perbuatan demikian sebanyak tujuh kali."Ibnu Abbas berkata bahwa Nabi saw. bersabda, "Oleh karena itulah maka manusia bersa'i antara keduanya.""Ketika dia hampir tiba di Marwah, dia mendengar sebuah suara. Dia berkata, `Diam!' Maksudnya menenteramkan diri sendiri. Lalu dia mendengar lagi suara. Dia berkata, `Engkau telah memperdengarkan suara. Apakah kamu dapat menolong?' Tiba-tiba dia melihat malaikat dekat tempat bakal sumur Zamzam. Malaikat menggali tanah dengan tumitnya atau dengan sayapnya sehingga muncullah air. Maka Dia mulai membendung air dengan tangannya begini….Dia menciduk air ke tempatnya, kemudian air pun terus menyembur setelah diciduk"Ibnu Abbas berkata bahwa Nabi saw. bersabda. "Semoga Allah melimpahkan rahmat kepada Ibu Ismail. Jika dia membiarkan Zamzam, atau jika dia tidak menciduk airnya, niscaya Zamzam menjadi mata air yang mengalir.
"Ibu Abbas berkata, `Kemudian dia minum lalu menyusui anaknya. Malaikat berkata kepadanya, `Kamu jangan khawatir akan disia-siakan karena di sana ada Baitullah yang akan dibangun kembali oleh anak ini dan bapaknya. Dan bahwa Allah tidak akan menelantarkan penduduknya.' Keadaan Baitullah itu lebih tinggi dari permukaan tanah. Ia seperti tonjolan tanah yang diterpa banjir sehingga mengikis bagian kiri dan kanannya. Kondisi Ibu Ismail terus berlanjut demikian sampai sekelompok Bani Jurhum atau sekelompok pengunjung Baitullah dari kalangan Bani Jurhum lewat di sana dari suatu jalan. Mereka turun ke lembah Mekkah dan melihat ada burung berputar di angkasa. Mereka berkata, `Burung itu pasti mengitari air. Kita yakin bahwa di lembah ini ada tempat air.'"
"Kemudian dia megirim satu atau dua orang utusan. Ternyata mereka menemukan air. Mereka kembali memberitahukan ihwal air. Maka mereka mendekatinya."
Ibnu Abbas berkata, "Saat itu Ibu Ismail berada di sekitar air. Mereka berkata kepadanya, `Apakah engkau megizinkan kami untuk tinggal di dekat airmu?' Dia menjawab, `Boleh saja. Namun kalian tidak berhak atas air ini.' Mereka menjawab, `Baiklah.'
"Ibnu Abbas berkata, "Nabi bersabda, `Maka Ibu Ismail menerima mereka dengan baik karena dia ingin punya teman.' Mereka pun menetap dan mengirimkan utusan kepada warganya untuk tinggal bersama mereka di sana sehingga berdirilah beberapa rumah di sana. Sang bayi pun tumbuh menjadi pemuda. Dia belajar bahasa Arab dari mereka. Dia disayang dan disanjung oleh mereka. Setelah dia balig, mereka mengawinkannya dengan salah seorang perempuan dari suku mereka. Ibu Ismail pun meninggal. Setelah Ismail menikah, datanglah Ibrahim guna menengok keturunan yang dulu ditinggalkannya. Namun, dia tidak mendapatkan Ismail. Ibrahim bertanya kepada istri Ismail. Istrinya menjawab, `Dia sedang pergi mencari nafkah untuk kami.' Kemudian Ibrahim menanyakan ihwal penghidupan dan kesejahterannya. Istri Ibrahim menjawab, `Kami dalam kondisi yang buruk dan hidup dalam kesempitan dan kemiskinan.' Sang istri mengadu kepada Ibrahim. Ibrahim berkata, `Apabila suamimu datang, sampaikan salam saya kepadanya dan sampaikan pesan bahwa dia harus mengubah ambang pintunya.' Setelah Ismail datang, maka seolah-olah dia lupa akan sesuatu, kemudain bertanya, `Apakah tadi ada orang yang datang?' Si istri menjawab, `Ya, tadi ada orang tua begini….begini….datang. Dia bertanya kepadaku ihwal engkau, maka aku menceritakannya dan dia pun bertanya ihwal kehidupan kita, dan aku pun menceritakannya bahwa kita hidup dalam kepayahan dan kesusahan.' Ismail bertanya, `Apakah dia berpesan sesuatu kepadamu?' Istrinya menjawab, `Benar. Dia menyuruhku menyampaikan salamnya kepadamu dan menyuruhmu mengubah ambang pintu rumahmu.'Ismail berkata, `Dia adalah bapakku. Dia menyuruhku menceraikanmu. Maka kembalilah kamu kepada keluargamu.' Ismail menceraikannya, kemudian mengawini wanita lain dari Bani Jurhum."
"Ibrahim meninggalkan mereka selama beberapa waktu. Kemudian dia menjumpainya, namun tidak mendapatkan Ismail. Dia masuk ke rumah istrinya dan menanyakan ihwal dia. Si istri berkata, `Dia sedang pergi mencari nafkah untuk kami.' Ibrahim bertanya, `Bagaiman keadaan penghidupan dan kondisi kalian?' Si istri menjawab, `Kami baik-baik saja dan berkecukupan.' Si istri memuji kepada Allah Ta'ala. Ibrahim bertanya, `Apa yang kalian makan?' Si istri menjawab, `Daging' Ibrahim bertanya, `Apa yang kalian minum?' Si istri menjawab, `Air.' Ibrahim berkata, `Ya Allah, berkatilah mereka pada daging dan air.'"
Nabi saw. bersabda, "pada saat itu, mereka belum memiliki makanan pokok berupa biji-bijian. Seandainya mereka punya, niscaya Ibrahim akan mendoakannya supaya biji-bijian itu diberkati."
Nabi bersabda, "Daging dan air memang ada pada selain penduduk Mekkah, namun tidak cocok menjadi makanan pokok. Ibrahim berkata, `Apabila suamimu datang, sampaikanlah salamku kepadanya dan suruhlah dia menetapkan ambang pintu rumahnya.' Ketika Ismail datang, dia bertanya, `Apakah ada orang yang datang?' Si istri menjawab, `Ada seorang tua yang baik penampilannya (si istri memuji Ibrahim) dan dia menanyakan ihwalmu kepadaku, lalu aku pun menceritakannya. Dia bertanya kepadaku ihwal penghidupan kita , maka akupun menyampaikannya bahwa kehidupan kami baik-baik saja.' Ismail bertanya, ` Adakah dia pesan sesuatu kepadamu?' Si istri menjawab, `Dia menyampaikan salam kepadamu dan menyuruhmu untuk mengokohkan ambang pintu rumahmu.' Ismail berkata, `Dia adalah ayahku dan engkau merupakan ambang pintu itu. Dia menyuruhku untuk tetap mengawinimu.'"
"Kemudain Ibrahim meninggalkan mereka selama beberapa waktu. Seelah itu, dia datang lagi, sementara Ismail tengah meraut anak panah di bawah pohon Dauhah dekat sumur Zamzam. Ketika Ismail melihatnya, dia bangkit dan terjadilah adegan yang maklum terjadi antara anak dan ayahnya dan ayah dengan anaknya. Ibrahim berkata, `Hai Ismail, sesungguhnya Allah memberiku sebuah perintah.' Ismail berkata, `Lakukanlah apa yang diperintahkan oleh Tuhanmu.' Ibrahim berkata, `Apakah kamu akan membantuku?' Ismail menjawab, `Aku akan membantumu.' Ibrahim berkata, `Sesungguhnya Allah menyuruhku membuat suatu rumah di sana.' Ibrahim menunjuk ke tumpukan tanah yang lebih tinggi dari sekelilingnya."
Ibnu Abbas berkata, "Pada saat itu keduanya meninggikan fondasi Baitullah. Ismail mulai mengangkut batu, sementara Ibrahim memasangnya. Setelah bangunan tinggi, Ismail datang membawa batu ini (yakni batu yang dipijak Ibrahim pada saat pembangunan Ka'bah sudah tinggi. Batu inilah yang disebut Maqam Ibrahim) untuk dijadikan pijakan oleh Ibrahim. Sementara Ibrahim memasang batu dan Ismail menyodorkannya, keduanya berdoa, `Ya Tuhan kami, terimalah amal kami. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi maha Mengetahui.'
"Ibnu Abbas berkata, "maka keduanya terus menuntaskan pembangunan sekeliling Ka'bah sambil berkata, "ya Tuhan kami, terimalah amal kami. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Melihat.'"Dan (ingatlah), ketika Kami menjadikan rumah itu (Baitullah) tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman. Dan jadikanlah sebahagian maqam Ibrahim tempat shalat. Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail: "
Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang tawaf, yang iktikaf, yang rukuk dan yang sujud".Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa: Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezeki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman di antara mereka kepada Allah dan hari kemudian.
Allah berfirman: "Dan kepada orang yang kafir pun Aku beri kesenangan sementara, kemudian Aku paksa ia menjalani siksa neraka dan itulah seburuk-buruk tempat kembali".Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) fondasi-fondasi Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa): "Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) di antara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadah haji kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang." (Al-Baqarah, 125-128)
Diriwayatkan dari al-Bukhari rahimanullah dalam kitab Shahih-nya, dari Ibnu Abbas r.a., dia berkata, "Wanita pertama yang membuat ikat pinggang ialah ibunya Ismail. Dia membuatnya untuk (mengikat pakaian agar terjuntai ke tanah) agar menutupi jejak kakinya sehingga tak diketahui oleh Sarah. Kemudian Ibrahim membawa istri dan anaknya Ismail yang masih disusuinya. Ibrahim menempatkan istrinya dekat Baitullah di sisi pohon Dauhah, pada bagian atas sumur Zamzam dan Masjidil Haram menurut perkiraan sekarang.
Pada saat itu di Mekkah belum ada segelintir manusia pun dan tiada air. Ibrahim menempatkan keduanya di sana berikut sebuah tempat makanan berisi kurma dan tempat yang berisi air. Kemudian Ibrahim pun berlalu. Maka ibu Ismail mengikutinya sambil berkata, `Hai Ibrahim, hendak kemana? Engkau meninggalkan kami di lembah yang tiada teman atau apa pun.' Ibu Ismail memberondongnya dengan pertanyaan itu beberapa kali. Namun, Ibrahim tidak meliriknya. Ibu Ismail bertanya, `Apakah Allah telah menyuruhmu berbuat demikian?' Ibrahim menjawab, `Benar.' Ibu Ismail berkata, `Jika demikian, maka Dia tidak akan menelantarkan kami.' Kemudian, Ibu Ismail pun kembali ke tempat semula. Ibrahim melanjutkan langkahnya hingga sampai di Tsaniah di tempat istri dan anaknya tidak lagi dapat melihatnya.
Dia menghadapkan wajahnya ke Baitullah seraya mengangkat kedua tangannya sambil berdoa demikian, `Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak memiliki pepohonan, yaitu di sisi Rumah-Mu yang suci….mudah-mudahan mereka berterima kasih.' Kemudian ibu Ismail menyusui anaknya dan dia minum dari tempat persediaan air. Setelah air itu tandas, maka dia kehausan, demikian pula anaknya. Dia memperhatikan anaknya yang berguling-guling kehausan. Dia melengos karena tidak tega melihat anknya demikian. Maka dilihatnya bukit Shafa sebagai tempat yang paling dekat darinya. Dia berdiri di puncaknya sambil megarahkan pandangannya ke lembah dengan harapan melihat seseorang. Namun, dia tidak melihat seorangpun. Kemudian, dia turun dari Shafa. Ketika dia tiba di lembah, dia menyingsingkan kainnya lalu berjalan seperti orang tergesa-gesa hingga melintasi lembah tersebut. Kemudian dia menuju Marwah, lalu berdiri dipuncaknya dengan harapan dapat melihat seseorang. Tetapi dia tidak melihat seorang pun. Dia melakukan perbuatan demikian sebanyak tujuh kali."Ibnu Abbas berkata bahwa Nabi saw. bersabda, "Oleh karena itulah maka manusia bersa'i antara keduanya.""Ketika dia hampir tiba di Marwah, dia mendengar sebuah suara. Dia berkata, `Diam!' Maksudnya menenteramkan diri sendiri. Lalu dia mendengar lagi suara. Dia berkata, `Engkau telah memperdengarkan suara. Apakah kamu dapat menolong?' Tiba-tiba dia melihat malaikat dekat tempat bakal sumur Zamzam. Malaikat menggali tanah dengan tumitnya atau dengan sayapnya sehingga muncullah air. Maka Dia mulai membendung air dengan tangannya begini….Dia menciduk air ke tempatnya, kemudian air pun terus menyembur setelah diciduk"Ibnu Abbas berkata bahwa Nabi saw. bersabda. "Semoga Allah melimpahkan rahmat kepada Ibu Ismail. Jika dia membiarkan Zamzam, atau jika dia tidak menciduk airnya, niscaya Zamzam menjadi mata air yang mengalir.
"Ibu Abbas berkata, `Kemudian dia minum lalu menyusui anaknya. Malaikat berkata kepadanya, `Kamu jangan khawatir akan disia-siakan karena di sana ada Baitullah yang akan dibangun kembali oleh anak ini dan bapaknya. Dan bahwa Allah tidak akan menelantarkan penduduknya.' Keadaan Baitullah itu lebih tinggi dari permukaan tanah. Ia seperti tonjolan tanah yang diterpa banjir sehingga mengikis bagian kiri dan kanannya. Kondisi Ibu Ismail terus berlanjut demikian sampai sekelompok Bani Jurhum atau sekelompok pengunjung Baitullah dari kalangan Bani Jurhum lewat di sana dari suatu jalan. Mereka turun ke lembah Mekkah dan melihat ada burung berputar di angkasa. Mereka berkata, `Burung itu pasti mengitari air. Kita yakin bahwa di lembah ini ada tempat air.'"
"Kemudian dia megirim satu atau dua orang utusan. Ternyata mereka menemukan air. Mereka kembali memberitahukan ihwal air. Maka mereka mendekatinya."
Ibnu Abbas berkata, "Saat itu Ibu Ismail berada di sekitar air. Mereka berkata kepadanya, `Apakah engkau megizinkan kami untuk tinggal di dekat airmu?' Dia menjawab, `Boleh saja. Namun kalian tidak berhak atas air ini.' Mereka menjawab, `Baiklah.'
"Ibnu Abbas berkata, "Nabi bersabda, `Maka Ibu Ismail menerima mereka dengan baik karena dia ingin punya teman.' Mereka pun menetap dan mengirimkan utusan kepada warganya untuk tinggal bersama mereka di sana sehingga berdirilah beberapa rumah di sana. Sang bayi pun tumbuh menjadi pemuda. Dia belajar bahasa Arab dari mereka. Dia disayang dan disanjung oleh mereka. Setelah dia balig, mereka mengawinkannya dengan salah seorang perempuan dari suku mereka. Ibu Ismail pun meninggal. Setelah Ismail menikah, datanglah Ibrahim guna menengok keturunan yang dulu ditinggalkannya. Namun, dia tidak mendapatkan Ismail. Ibrahim bertanya kepada istri Ismail. Istrinya menjawab, `Dia sedang pergi mencari nafkah untuk kami.' Kemudian Ibrahim menanyakan ihwal penghidupan dan kesejahterannya. Istri Ibrahim menjawab, `Kami dalam kondisi yang buruk dan hidup dalam kesempitan dan kemiskinan.' Sang istri mengadu kepada Ibrahim. Ibrahim berkata, `Apabila suamimu datang, sampaikan salam saya kepadanya dan sampaikan pesan bahwa dia harus mengubah ambang pintunya.' Setelah Ismail datang, maka seolah-olah dia lupa akan sesuatu, kemudain bertanya, `Apakah tadi ada orang yang datang?' Si istri menjawab, `Ya, tadi ada orang tua begini….begini….datang. Dia bertanya kepadaku ihwal engkau, maka aku menceritakannya dan dia pun bertanya ihwal kehidupan kita, dan aku pun menceritakannya bahwa kita hidup dalam kepayahan dan kesusahan.' Ismail bertanya, `Apakah dia berpesan sesuatu kepadamu?' Istrinya menjawab, `Benar. Dia menyuruhku menyampaikan salamnya kepadamu dan menyuruhmu mengubah ambang pintu rumahmu.'Ismail berkata, `Dia adalah bapakku. Dia menyuruhku menceraikanmu. Maka kembalilah kamu kepada keluargamu.' Ismail menceraikannya, kemudian mengawini wanita lain dari Bani Jurhum."
"Ibrahim meninggalkan mereka selama beberapa waktu. Kemudian dia menjumpainya, namun tidak mendapatkan Ismail. Dia masuk ke rumah istrinya dan menanyakan ihwal dia. Si istri berkata, `Dia sedang pergi mencari nafkah untuk kami.' Ibrahim bertanya, `Bagaiman keadaan penghidupan dan kondisi kalian?' Si istri menjawab, `Kami baik-baik saja dan berkecukupan.' Si istri memuji kepada Allah Ta'ala. Ibrahim bertanya, `Apa yang kalian makan?' Si istri menjawab, `Daging' Ibrahim bertanya, `Apa yang kalian minum?' Si istri menjawab, `Air.' Ibrahim berkata, `Ya Allah, berkatilah mereka pada daging dan air.'"
Nabi saw. bersabda, "pada saat itu, mereka belum memiliki makanan pokok berupa biji-bijian. Seandainya mereka punya, niscaya Ibrahim akan mendoakannya supaya biji-bijian itu diberkati."
Nabi bersabda, "Daging dan air memang ada pada selain penduduk Mekkah, namun tidak cocok menjadi makanan pokok. Ibrahim berkata, `Apabila suamimu datang, sampaikanlah salamku kepadanya dan suruhlah dia menetapkan ambang pintu rumahnya.' Ketika Ismail datang, dia bertanya, `Apakah ada orang yang datang?' Si istri menjawab, `Ada seorang tua yang baik penampilannya (si istri memuji Ibrahim) dan dia menanyakan ihwalmu kepadaku, lalu aku pun menceritakannya. Dia bertanya kepadaku ihwal penghidupan kita , maka akupun menyampaikannya bahwa kehidupan kami baik-baik saja.' Ismail bertanya, ` Adakah dia pesan sesuatu kepadamu?' Si istri menjawab, `Dia menyampaikan salam kepadamu dan menyuruhmu untuk mengokohkan ambang pintu rumahmu.' Ismail berkata, `Dia adalah ayahku dan engkau merupakan ambang pintu itu. Dia menyuruhku untuk tetap mengawinimu.'"
"Kemudain Ibrahim meninggalkan mereka selama beberapa waktu. Seelah itu, dia datang lagi, sementara Ismail tengah meraut anak panah di bawah pohon Dauhah dekat sumur Zamzam. Ketika Ismail melihatnya, dia bangkit dan terjadilah adegan yang maklum terjadi antara anak dan ayahnya dan ayah dengan anaknya. Ibrahim berkata, `Hai Ismail, sesungguhnya Allah memberiku sebuah perintah.' Ismail berkata, `Lakukanlah apa yang diperintahkan oleh Tuhanmu.' Ibrahim berkata, `Apakah kamu akan membantuku?' Ismail menjawab, `Aku akan membantumu.' Ibrahim berkata, `Sesungguhnya Allah menyuruhku membuat suatu rumah di sana.' Ibrahim menunjuk ke tumpukan tanah yang lebih tinggi dari sekelilingnya."
Ibnu Abbas berkata, "Pada saat itu keduanya meninggikan fondasi Baitullah. Ismail mulai mengangkut batu, sementara Ibrahim memasangnya. Setelah bangunan tinggi, Ismail datang membawa batu ini (yakni batu yang dipijak Ibrahim pada saat pembangunan Ka'bah sudah tinggi. Batu inilah yang disebut Maqam Ibrahim) untuk dijadikan pijakan oleh Ibrahim. Sementara Ibrahim memasang batu dan Ismail menyodorkannya, keduanya berdoa, `Ya Tuhan kami, terimalah amal kami. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi maha Mengetahui.'
"Ibnu Abbas berkata, "maka keduanya terus menuntaskan pembangunan sekeliling Ka'bah sambil berkata, "ya Tuhan kami, terimalah amal kami. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Melihat.'"Dan (ingatlah), ketika Kami menjadikan rumah itu (Baitullah) tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman. Dan jadikanlah sebahagian maqam Ibrahim tempat shalat. Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail: "
Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang tawaf, yang iktikaf, yang rukuk dan yang sujud".Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa: Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezeki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman di antara mereka kepada Allah dan hari kemudian.
Allah berfirman: "Dan kepada orang yang kafir pun Aku beri kesenangan sementara, kemudian Aku paksa ia menjalani siksa neraka dan itulah seburuk-buruk tempat kembali".Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) fondasi-fondasi Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa): "Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) di antara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadah haji kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang." (Al-Baqarah, 125-128)
Selasa, 04 Desember 2007
Senin, 03 Desember 2007
Idul Qurban
Ingat kisah Ibrahim as. bersama putranya Ismail as.? Bagaimana seorang Ibrahim yang taat harus mengorbankan putranya yang tercinta. Sudah bertahun-tahun tak punya putra. Tetapi ketika putranya lahir dan mendapatkan limpahan cintanya, Tuhannya hendak memeintanya. Ibrahim harus memilih...cinta kepada putranya atau taat atas perintah Tuhannya.
Ibrahim, ternyata benar-benar orang yang taat dan beriman. Dia rela mengorbankan anaknya demi perintah Tuhannya. Dan yang menakjubkan, Ismail rela untuk menjadi korban. Bahkan mendukung ayahnya.
Allohu Akbar, Sang Maha Bijaksana itu telah mengganti putra Ibrahim dengan seekor kambing. Selamatlah Ismail dari tajamnya pisau. Mereka adalah dua insan yang saling cinta. Karena kecintaannya itulah Alloh pun mencintainya. Namun cintapun ternyata harus melalui ujian demikian. Subhanalloh..mahasuci Alloh di atas tiap-tiap ciptaannya.
Sekarang...peristiwa itu menjadi perintah bagi orang-orang yang mampu untuk berkorban. Sebagai wujud tidak cinta dunia tetapi cinta Alloh. Tidak hanya itu, berkorban membersihkan hati dari cinta-cinta selain kepada Alloh. Dan bisa jadi, manusia haruslah mengorbankan nafsu kebinatangnya. Namun sepertinya tidak semudah itu...itu semua adalah perjuangan. Sebagaimana Ibrahim beerjuang mengalahkan cintanya dan memenangkan cintanya hanya kepada Alloh. Allohu Akbar..Allohu Akbar..walillahilhamdu
Ibrahim, ternyata benar-benar orang yang taat dan beriman. Dia rela mengorbankan anaknya demi perintah Tuhannya. Dan yang menakjubkan, Ismail rela untuk menjadi korban. Bahkan mendukung ayahnya.
Allohu Akbar, Sang Maha Bijaksana itu telah mengganti putra Ibrahim dengan seekor kambing. Selamatlah Ismail dari tajamnya pisau. Mereka adalah dua insan yang saling cinta. Karena kecintaannya itulah Alloh pun mencintainya. Namun cintapun ternyata harus melalui ujian demikian. Subhanalloh..mahasuci Alloh di atas tiap-tiap ciptaannya.
Sekarang...peristiwa itu menjadi perintah bagi orang-orang yang mampu untuk berkorban. Sebagai wujud tidak cinta dunia tetapi cinta Alloh. Tidak hanya itu, berkorban membersihkan hati dari cinta-cinta selain kepada Alloh. Dan bisa jadi, manusia haruslah mengorbankan nafsu kebinatangnya. Namun sepertinya tidak semudah itu...itu semua adalah perjuangan. Sebagaimana Ibrahim beerjuang mengalahkan cintanya dan memenangkan cintanya hanya kepada Alloh. Allohu Akbar..Allohu Akbar..walillahilhamdu
Langganan:
Postingan (Atom)