Senin, 28 Januari 2008

Dua Pintu Tiga Periode

Nabi Sulaiman as. pernah diberi pertanyaan untuk menguji kepantasan dia dalam menggantikan Nabi Dawud as. Pertanyaan itu adalah wasiat Nabi Dawud untuk mencari pemimpin yang tepat. Pertanyaan itu juga untuk pemuka-pemuka bani Israel. Namun hanya Nabi Sulaiman as. yang mampu menjawab pertanyaan itu atas pertolongan Alloh. Pertanyaan tersebut adalah; Apa yang dijauhi oleh manusia tanpa bisa kembali? Apa yang dilalui manusia dikejar manusia tetapi dia semakin menjauh darinya, meski manusia menginginkan tetap disana? dan Apa yang didekati manusia tanpa bisa menjauh sedikitpun? (Begitulah kira-kira pertanyaannya, mungkin para alim ulama pernah mendengar kisah ini. Saya pun mendengarnya dari guru saya...dan sekarang saya sampaikan dengan keterbatasan atas pemahaman saya).
Sulaiman yang bijaksana menjawab yang dijauhi manusia tanpa bisa kembali adalah umur. Manusia setiap hari, dari lahir dan tumbuh dewasa dia berkembang semakin jauh dari kelahiran dan masa muda. Betapa orang menginginkan dia tidak akan bisa bertahan untuk awet muda atau semakin muda, yang terjadi adalah setiap hari bertambah jauh dari kemudaan atau lazim disebut semakin tua.
Kemudian yang dilalui manusia, dikejar tetapi semakin jauh ditinggalkan adalah dunia. Setiap hari manusia itu berjalan semakin jauh dari dunia. Bahkan meski dikejar-kejar dunia itu akan semakin jauh dari tangkapan. Mau tidak mau, dunia itu sebenarnya berada di belakang kita sesuai urutan waktu yang semakin bertambah. Kalau kita mengejarnya, kita menjadi orang yang keblinger. Kita akan mengangankan berjalan terbalik ke belakang.
Padahal seharusnya kita berjalan ke depan. Menuju sesuatu yang didekati tanpa bisa menjauh sedikitpun darinya. meskipun kita mau dan ingin menjauh darinya, tetapi kita tidak bisa menjauh darinya. Itulah alam akhirat, yang akan dimasuki manusia melewati kematiannya. Jadi manusia itu mau tidak mau akan mengalami mati untuk memasuki alam yang disebut sebagi alam akhirat yang kekal tidak tergantung waktu kecuali atas kehendak Alloh yang menguasai waktu.
Nah, dari uraian di atas bisa disimpulkan, juga sesuai dengan kabar-kabar yang disampaikan para nabi dalam kitab-kitab suci. Bahwa manusia itu melewati tiga periode kehidupan. Yaitu, periode ketika belum mengenal kehidupan (Alam Arwah), kemudian lahir kedunia (Alam Dunia), dan terakhir memasuki alam akhirat (Hari Akhir). Tiga periode kehidupan manusia itu selalu hanya melewati dua pintu, yaitu pintu kelahiran dan pintu kematian. Subhanalloh, alhamdulillah, astaqfirulloh...salam

Rabu, 16 Januari 2008

Menjadi Santri

Bila semua orang menjadi santri, tentunya dunia ini aman sentosa. Tunggu dulu, jangan membayangkan dunia ini penuh dengan orang yang memakai sarung dan kopyah (peci). Merujuk guru saya..Santri itu adalah tiga pokok nilai yang dipegang teguh oleh seorang manusia (insan). Santri atau Insan (bahasa Arab) dan Tri ( tiga) (bahasa Sansekerta) atau seorang manusia yang mempunyai tiga nilai pokok.
Apakah nilai pokok yang tiga itu..yaitu; BERBAKTI KEPADA ALLOH, BERBAKTI KEPADA SESAMA MANUSIA dan BERBAKTI KEPADA ALAM SEMESTA. Berbakti kepada Alloh adalah pelaksanaan nilai keimanan, patuh kepada Tuhannya alam semesta dan seisinya. (Hablumminalloh)
Berbakti kepada manusia adalah menjaga hubungan saling menghormati antar sesama manusia baik seiman atau tidak seiman. Semua menjaga ukhuwah kemanusian dengan kesadaran bahwa semua manusia adalah makhluk tuhan yang mendiami dunia ini bersama dan hidup berdampingan. (Hablumminannas)
Berbakti kepada alam semesta adalah menjaga kelangsungan ekosistem yang ada di muka bumi. Tidak merusak alam dan lingkungan. Tidak mencemari dan tidak mengekploitasi secara berlebihan. (Tidak membuat kerusakan di muka bumi).
Bila kebanyakan orang menjadi atau berusaha meraih tiga nilai pokok itu, tentunya terwujudlah negeri yang aman, adil dan makmur dan tetap dalam penjagaan Alloh Tuhan Semasta Alam Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang….”Robbij’al hadza baladan aminna, warzuq ‘ahlahu minnasysyamarot man amana minhum billahi wal yaumil akhir” itulah doa nabi Ibrohim as. untuk negerinya. Mari kita berdoa kepada Alloh untuk negeri kita…

Selasa, 15 Januari 2008

Membangun Rumah Di Atas Air


Ketika banjir melanda seperti ini...apakah yang kita pikirkan..apa yang menjadi koreksi...

Betapa rapuh rumah yang pondasinya terletak di atas gelombang. Terombang ambing kemana gelombang beriak. Terancam bahaya terguling dan tenggelam...

Andaikan rumah-rumah itu hati kita...masihkah kita rela membangunnya di atas gelombang...setiap saat terancam tenggelam dalam banjir bandang...

Mari memohon ketetapan hati kepada Yang Menguasai hati, Yang Menetapkan hati kita..."Yaa Muqolibal Qulub..tetapkan hati kami pada keimanan kepada-MU"

"Jika engkau istiqomah di jalan-Ku yang lurus, maka akan Aku beri engkau air yang menyegarkan," (Q.S Al. Jin)...Subhanalloh...Alhamdulillah...Astaqfirulloh

Foto milik Den Bobi, http://www.fotopinggir.blogspot.com

Senin, 07 Januari 2008

1429..Teruslah Berharap

Selamat tahun baru 1429 Hijriyah!

Di akhir tahun ini, negeri kita tak lekang dari bencana. Akankah tahun depan ini bencana akan reda dari negeri tercinta? Mungkinkah kita mencapai kehidupan yang lebih baik dari sekarang?

Sudah terlalu banyak kerusakan yang kita timbulkan. Namun kita tak juga menyadarinya. Entah mengapa? Apakah memang sudah demikian adanya, bahwa kerakusan manusia tak akan bisa reda tanpa penghalang yang kuat. Mungkin karena manusia tidaklah sanggup atau tidak mau menghalangi keserakahannya..kini alamlah yang bergerak untuk menghalangi sifat rakus manusia.

Atas nama kesejahteraan keserakahan itu justru semakin tidak pernah puas. Karena manusia banyak yang merasa tidak sejahtera. Atas nama kemajuan, keserakahan itu malah memundurkan semua yang telah dicapai manusia tentang keluhuran budi pekerti. Atas nama teknologi, keserakahan itu telah menjadi semakin liar. Lalu..atas nama apa bencana melanda negeri ini, yang memporak-porandakan kehidupan manusianya?

Ribuan doa telah dipanjatkan..namun doa itu jauh dari harapan, apalagi dikabulkan. Dzikir akbar telah digelar, tetapi jauh dari kesadaran. Harapan pun tak kurang panjangnya, namun jauh dari keyakinan wujudnya.

Saudara..sebelum berdoa mari kita koreksi diri kita masing-masing, mengapa doa kita tidak dikabulkan, mengapa bencana justru datang bertubi-tubi. Sebelum berdzikir, mari kita ingat-ingat, selama ini apa yang melalaikan kita dari dzikir. Sebelum berharap, sudahkah kita melakukan sesuatu yang membuat kita sampai pada keyakinan akan rahmat Alloh?

Saudara..Hijrah adalah sebuah perjuangan untuk mewujudkan harapan. Dalam perjuangan itulah doa dan dzikir dipanjatkan dengan keyakinan. Hijrah juga berarti pertobatan, perpindahan dari keburukan menjadi baik. Dari keserakahan menuju syukur.

Iman, Hijrah dan Jihad…Yakin, Bergerak dan Berjuang untuk mencapainya..Doa atau harapan tanpa itu semua hanyalah angan-angan kosong belaka. Kalau kita yakin banjir akan terjadi kalau hutan gundul, mengapa tetap saja menggunduli hutan? Kalau kita yakin banjir akan menyengsarakan kita, mengapa kita tidak berusaha untuk menjaga saluran air.

Kalau kita merindukan surga, mengapa tidak bergerak ke sana. Kalau kita merindukan ridho, mengapa tidak berjuang mencapainya. Kalau kita menginginkan kekasih mengapa tidak menyatakan cinta. Kalau kita merindukan Alloh mengapa tidak menghadapnya?

Mari terus berharap..semoga kita bisa memperbaiki diri. Jangan berhenti berharap…Karena putus harap kepada Alloh sama saja tidak mengakui Alloh…Kita hanya perlu berusaha menggapai harapan kita sesuai dengan syariatnya