Jumat, 19 Oktober 2007

Hari Raya Idul Fitri

Salam.
Puasa Romadhon telah usai. Perjuangan belumlah selesai. Momen Romadhon menjadi sebuah terminal di perjalanan hidup dari tahun ke tahun. Dalam bulan Tarbiyah itu kita umat muslim benar-benar mendidik dirinya untuk menjadi abdi Tuhan yang baik. Dalam bulan Barokah itu, kita umat muslim bekerja meraih barokah dari Allah yang tercurah. Dalam bulan Aman itu, kita umat muslim meraih jaminan keamanan dari api neraka. Bulan Romadhon adalah bulan untuk bekerja keras jasmani dan ruhani untuk meraih predikat Taqwa atau Muttaqin, sebuah predikat khususul khusus yang diberikan kepada mereka yang Abidin benar-benar.
Romadhon telah pergi. Kini sampailah kepada hari yang Fitri. Setelah bekerja keras selama satubulan, umat muslim mendapatkan hari yang khusus, yaitu Idul Fitri. Hari ketika kita mencapai hasil kerja yang gilang gemilang. Noda-noda dosa telah terbersihkan dengan puasa. Ketidak sempurnaan ibadah puasa telah dibayar dengan Zakat. Maka kita kembali lagi menjadi seorang yang bersih dari dosa, bagai bayi yang baru dilahirkan.
Semua bergembira. Bersyukur. Dan mempererat tali silaturahim, sebagai wujud syukur. Saling mendoakan dalam iringan gema takbir, tahlil dan tahmid. Keagungan Tuhan begitu terasa melingkupi hari yang indah itu.
Namun...sulit sekali mempertahankan hasil yang telah dicapai selama puasa itu dalam bulan-bulan berikutnya. Setelah larut dalam kegembiraan yang fitri itu, biasanya kita, sedikit demi sedikit larut kembali dalam kehidupan dunia yang menipu, melenakan, dan menggelapkan lagi ruhani yang telah tercuci itu. Perlahan-lahan, kita yang tidak pernah lepas dari medan perang, kembali lagi mengulangi kemenangan dan kekalahan, silih berganti.
Semoga...kita masih mendapatkan kesempatan bertemu Romadhon lagi. Taqobalalloh minna wa minkum. minal aidzin wal faidzin. Mohon maaf lahir dan batin.

Rabu, 10 Oktober 2007

Salam



Assalamualaikum...

Buah Tin dan Zaitun tumbuh di negeri yang aman. Buahnya manis dan minyaknya menyala meski tanpa api. Di negeri itulah ibrahim membangun rumah. Dari pergulatannya di padang gersang, muncullah mata air zam zam yang menyegarkan.

Di sana berkumpullah para pencinta Tuhan dan Tuhan mencintai mereka. Berjalan beriringan, berdzikir dan berdoa..berbicara kepada yang dicintainya. Di sanalah dulu tentara yang gagah dikalahkan. Berhala-berhala ditumbangkan. Harta kekayaan disedekahkan. Keserakahan dihinakan. Manusia dimuliakan, dengan pengabdian dan cintanya kepada Tuhan.

Sholawat dan Salam, kepada Nabi Muhammad S.a.w, yang tercinta. Dialah guru manusia, yang terpilih menyempurnakan akhlak dan agama manusia. Menjadi contoh manusia sempurna "al insan al kamil", uswatun khasanah. Teladan manusia yang beriman. Juga salam kepada ahli bait dan para sahabat. Semoga ampunan dan kasih sayang, selalu dilimpahkan kepada kita semua dari Alloh Arrohman Arrohim.

Selasa, 09 Oktober 2007

Kita ditinggal Romadhon

Bulan istimewa yang penuh ampunan dan berkah Alloh hampir meninggalkan kita. Romadhon Mubarok, bagai air hujan yang menyirami bumi kering selama 11 bulan. Bagai hujan yang menyirami benih-benih kebaikan yang lama tersimpan di dalam tanah jiwa kita. Tuhan kita, Alloh yang Maha Pengasih dan Penyayang menyediakan satu bulan penuh kesempatan untuk benar-benar mendekat kepada-Nya. Menggapai ampunannya, kasih sayangnya dengan pertolongan-Nya. Namun, betapa semuanya itu akan meninggalkan kita. Kesempatan itu menjadi teka-teki, masihkah kita akan menjumpainya kembali tahun depan. Sementara, masihkah bekasnya terasa jika kita menapaki bulan-bulan berikutnya. Semoga

KALIJAGA

Kalijaga, sebuah nama dari seorang tokoh penyebar agama Islam di Jawa. Demi mendalami ilmu agama lahir dan batin, dia rela melaksanakan perintah gurunya untuk menunggui tongkat gurunya di pinggir sungai. Dengan tekat yang kuat, dia menidurkan hasrat jasmaninya. Derasnya sungai nafsu ketika menjadi seorang berandal di bendung habis-habisan, dengan berdiam di tepi sebuah sungai. Dan terkenallah dia sebagai seorang yang menjaga sungai.
Karena ketaatan dan ketekunanannya, Sunan Bonang, ulama dari Tuban, putra Sunan Ampel Surabaya mengajarinya ilmu agama dan hakekat hidup sebagai seorang manusia. Maka diangkatlah ia sebagai salah satu ulama yang kesohor dengan gelar Sunan Kalijaga atau Syekh Malaya. Dia bernama asli Raden Sahid, putra adipati Tuban yang menyingkir dari ramainya pertentangan para pejabat Majapahit. Namun dia menyingkir dengan membawa pertentangan batin atas keadan yang dilihatnya. Sampai mempertemukannya dengan hakekat sejati.