Minggu, 18 November 2007

Pahlawan

Mari kita merenung...sekarang ini kita tidak perlu mengangkat senjata untuk membela kedaulatan negeri kita Indonesia. Penjajahan bersenjata sudah tidak lazim. Kerena orang sudah ngeri melihat tubuh tercabik tergeletak. Semua orang akan bergidik menyaksikan bagaimana tubuh ditembus peluru, dikoyak mortir.
Pada pertempuran seperti itu, contohnya pertempuran heroik di 10 Nopember 1945 di Surabaya. Ribuan peluru yang dimuntahkan senapan NICA (Inggris, salah satu sekutu Amerika) dan Belanda dihadang pemuda-pemuda pejuang dengan dada tengadah "Merdeka atau Mati".
Kemerdekaanlah yang mendorong mereka berani menghadang peluru dan menyongsong mortir. Karena kemerdekaan itulah inti kebahagiaan bagi hiudp berbangsa dan bernegara. Korban yang tercabik sudah biasa dan tidak menyurutkan langkah perjuangan bersenjata untuk mempertahankan kemerdekaannya. Mereka yang gugur dianugerahi gelar pahlawan (Pahala dan Wan (orang)) (orang yang mendapatkan pahala) mereka yang masih hidup tetap menjadi pejuang (Mujahid). Mereka yang hidup maupun yang mati dalam perjuangan mendapat gelar penghormatan yang tinggi.
Sekarang perang bersenjata sudah tidak lazim. Tetapi penjajahan terus berlangsung. Korban tetap berjatuhan, meski tidak terkoyak senjata. Nah, kita tidak akan pernah berhenti menjadi Mujahid, karena sebenarnya kita tetap dalam medan perang yang tidak usai-usai dan besar. Seperti sabda Nabi Muhammad saw. "Perang terbesar adalah melawan hawa nafsu". Mari kita waspada terhadap penjajah yang ada dalam diri kita.

2 komentar:

BAMBANG TRI NUGROHO mengatakan...

Lagi haus mbah... Pengin mampir golek 'omben-omben'..

Hidup adalah perjuangan yang tak pernah henti-henti.. (kata Ahmad Dani)
Lagu Rasa Sayange dan Reog adalah lagu daerah dan budaya asli negri kami... (kata Malaysia...???)

Kok gak ada tempat gawe daftar pengunjung...???
mampir mbah ke: www.photobank81.blogspot.com

BAMBANG TRI NUGROHO mengatakan...

nek sampean butuh foto, dan tertarik langsung diambil saja mbah...