Kamis, 19 Februari 2009

SAATNYA BERJALAN

Sudah cukup kata-kata yang kita ucapkan. Semua itu cukup sebagai bahan referensi. Cukup sudah...simpan dulu kata-kata itu. Katupkan kedua bibir. Tenangkan semua pikir. Saatnya kita berjalan. Ayunkan kaki maknawi dalam perjalanan batin.
Batin kita adalah lautan maknawi yang harus kita arungi untuk menghadap Sang Ilahi. Bentangkan layar ruhani kita agar bisa menangkap angin petunjuk yang akan membawa perjalanan menuju kehadirat Sang Ilahi. Bahawalah bekal secukupnya...referensi tadi adalah bekal..pengetahuan hukum syar'i adalah bekal. Karena tidak mungkin berlayar tanpa arah dan haluan.
Mari kita berjalan. Biarlah gelap kita terus berjalan, kita tuju cahaya terang kebenaran dan ilmu pengetahuan yang murni. Mari terus melangkah sambil menyesali semua dosa dan kesalahan. Mohon ampun dan petunjuk dari Yang Maha Suci. Pasrahkan nasib diri ini, biarlah diayun ombak takdirnya tak mengapa. Karena yang kita tuju Dia jua. Lautan dan ombak adalah miliknya. Sadarilah, betapa kita dekat dengannya. Lalu mengapa kita tidak berjalan untuk sampai kepada-Nya.
Ingatlah, Dia suka memperjalankan hambanya, meski dalam gelap malam, untuk menghadap-Nya. Lihatlah referensi yang ada, kebanyakan para Nabi diperjalankan pada siang dan malam hari. Siang dan malam pada langit maknawi. Siang dan malam adalah kendaraan menuju kepada-Nya. Mari kita naiki! Ingatlah selalu dalam keadaan apapun, ruku'an wa ku'udan wa ala junubihim...ingatlah akan Allah. Dialah yang kita tuju...ilahi anta maqsudi wa ridhoka mathlubi a'tini mahabataka wa biqurbika