Selasa, 08 April 2008

Taqwa itu....

Sering kita dengar..."Bertaqwalah kamu kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa". Bila melakukan dengan sungguh-sungguh yang namanya "taqwa", akan mencapai derajat "Muttaqin". Lalau, apakah taqwa itu?
Ada yang mengartikan, taqwa itu menjauhi semua larangan Allah dan melaksanakan semua perintah Allah. Mengapa demikian? Bagaimana bisa demikian?
Taqwa, merupakan kata yang menyederhanakan "melaksanakan perintah dan menjauhi larangan." Lalu bagaimana bisa, satu kata mewakili dua kalimat yang menjadi perintah bagi orang Islam?
Bagaimana bila, "taqwa" itu terdiri dari tiga (3) kata: Tawadu', Qona'ah, Wiro'i. Cocok apa tidak? Tentunya sah-sah saja bila demikian.
Tawadu' artinya, hormat benar-benar. Bila benar-benar hormat, ketika ada panggilan sholat segera melaksanakan, bila ada perintah puasa segera berpuasa. Bila dilarang ya tidak akan melanggar. Mendekatipun tidak. Intinya penghormatan, ya sikap tawadu' itu.
Qona'ah artinya menerima segela ketentuan Allah dengan syukur. Bila syukur, nikmat ber tambah. Bila kufur derita bertambah. Intinya, pasrah dan ikhlas dan syukur.
Wiro'i artinya, berhati-hati dalam setiap urusan. Makan ya hati-hati, hanya memakan makanan yang jelas asal dan hukumnya. Tidak bermegah-megahan dalam setiap urusan.
Maka, "taqwa" itu, satu kata yang mewakili akhlaq hamba kepada Tuannya. Mewakili sikap hamba yang benar-benar terhadap Tuhannya. Itulah, pemahaman taqwa. Tiga kata di atas, semoga bisa menjelaskan makna TAQWA

Kamis, 03 April 2008

Sombong itu selendang Alloh

Suatu ketika, saya merasa mengalami penghinaan. Mendongkol sekali rasanya. Telinga yang menjadi pintu Amarah, terasa panas, dada pun demikian, api nafsu bergolak, melahirkan asap hitam yang menutupi kejernihan akal pikir. Saya pun marah, membalas penghinaan dan sekaligus mengatasinya dengan kesombongan.........
Namun teringat saya pada sebuah cerita, ada seorang alim, mempunyai murid banyak lagi terhormat. Menyatakan ingin belajar kebijaksaan dari Syaikh Abu Yazid Al Bustomi, ra. Namun, Sang Syaikh mengajukan syarat untuk belajar hikmah darinya. Disuruhnya, orang alim itu berganti pakaian lusuh, membawa seekor anjing, dan menghina dirinya sendiri di perempatan jalan yang ramai...tentunya orang alim itu menolak. "Katanya, bagaimana bisa aku menghinakan diriku sedemikian rupa!" tapi begitulah syaratnya. Karena dia menolak, Sang Syaikh pun menolak mengajarinya hikmah...ilmu ini tidak bisa dipelajari selama engkau masih terpenjara keangkuhan dan keterpujian diri. Pergilah!...teringat juga saya pada kisah iblis yang terlaknat. Iblis menolak perintah Alloh untuk tunduk kepada Adam, As. Dia termasuk dalam kaum sombong lagi tersesat. Alloh pun mengutuknya, tersesat selama-lamanya karena kesombongannya...dan saya teringat kata-kata, jangan kau sombong, karena sombong itu selendang Alloh, kalau kau pakai kau lancang dan tidak tawadu' kepada Alloh. Kalau sombong dan takabur, pantaslah seperti iblis!....
Betapa saya menyesal dan berusaha mengobati luka hati dengan air yang diberikan olah Al Qofurrur Rohim...astaqfirulloh, astaqfirulloh...Robbi inni dholamtu nafsi, faqfirlii dzunubi...astaqfirulloh, astaqfirulloh...aku berharap mendapat terang, seperti Nabi Yunus waktu terkurung dalam gelap di dalam perut ikan Nus...Laa ilaha ila Anta, Subhanaka inni kuntu minadzdzolimin...setiap teringat, pedih rasa hati ini, setiap teringat kelancangan hamba yang hina ini. Setiap saat pula aku siram luka hati dengan air segar dari Sang Maha Kasih, Alloh al Qofurrur Rohim...Robbi inni dholamtu nafsi, faqfirli Dzunubi...Yaa Rohman Yaa Rohiim